Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Cerpen - Aku dan Dirinya


“Tepat jam 04.30, waktunya untuk bangun!”, aku mencoba membuka mata dengan perlahan, mengumpulkan sisa nyawa yang masih setengah, hujan yang turun semalam meninggalkan hawa dingin, membuatku enggan untuk melepas selimut. Satu hal yang memberiku semangat untuk melewati hari ini “Dia” yah siapa lagi kalau bukan DIMAS, cowok berpostur tinggi putih, alis tebal, dan warna mata hitam legam yang dimilikinya, membuat ku bangga bahwa dirinya adalah milikku.
Setelah semuanya siap, mandi, sarapan, berhias ala kadarnya, aku langsung meluncur ke depan rumah, menunggu sang pangeran menjemput. Namun hari ini terasa berbeda, waktu sudah menunjukan jam 06.35 batang hidung dimas belum terlihat juga, aku sudah mencoba menghubunginya tapi gak diangkat-angkat, akhirnya aku terpaksa harus mencari ojek yang berada di pangkalan depan, dari rumahku ke sekolah hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit kalau gak macet.
Setibanya di sekolah aku langsung berlari menuju ke kelas dimas, aku semakin khawatir ketika tidak menemukan sosoknya, “gilang kamu lihat dimas gak?” tanyaku pada salah satu teman terdekat dimas, “oohh, hari ini dia gak masuk win, itu suratnya ada di meja guru” jelas gilang… “kenapa dia gak masuk?” tanyaku lagi… “dia kan sakit win, masa kamu gak tau si…” aku semakin bingung, kemarin sore dia masih baik-baik aja, bahkan tadi malem dia masih telfonan sama aku, kalau dia sakit harusnya dia bilang dong… “oh ya udah deh, makasih ya lang” aku berlalu dengan seribu macam pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiranku.
Bel masuk berbunyi, langkahku semakin berat menuju kelasku, malas untuk belajar matematika di pagi yang cerah ini dengan suasana hati yang sedang kacau, namun gak ada pilihan lain, “hay winda, asem banget sih mukanya,” ledek iis teman sebangku ku, “lagi BT, gak usah berisik deh” jawabku asal.. “diiih galak amat mba,” tiba-tiba bu Irma guru matematika datang memberikan salam, “ya silahkan PR nya dikumpulkan, buat yang tidak mengerjakan seperti biasa silahkan keluar” saking kagetnya aku langsung mencengkram lengan iis dengan mulut terbuka, “mampus, emang ada PR is” tanyaku padanya.. “ada, yang Cuma 5 soal itu loh, kamu belum ngerjain yah?” aku hanya menggelengkan kepala berharap soal-soal di bukuku sudah dikerjakan, kubuka tas biruku dengan perasaan campur aduk, mencari buku matematika dan menemukannya, menemukan soal itu tanpa jawaban yang ku harapkan, iis tersenyum di atas penderitaanku “sabar yah win, sekali-sekali kamu ngerasain gimana rasanya dihukum” aku melihat sekelilingku, ternyata cuma aku yang gak ngerjain PR, aku bangkit dari tempat dudukku, meninggalkan kelas dengan langkah cepat dan diikuti oleh pandangan mata yang menatapku heran… hari ini adalah hari yang super duper menyebalkan, aku harus berada di luar kelas sampai pelajaran itu selesai, “sabar winda, sabar…” aku mencoba menenangkan hatiku sendiri.
Sampai detik ini, sampai hari ini aku bahkan belum tau si dimas itu sakit apa, sekarang nomornya malah gak aktif, kemarin pulang sekolah aku coba ke rumahnya, tapi mamanya bilang kalau dia lagi ke dokter, hari ini aku harus bisa ketemu tuh cowok, “is, nanti pulang sekolah mau temenin aku ke rumah dimas gak please?” aku mencoba dengan nada selembut mungkin “sory ya win, bukanya ga mau, tapi nanti siang aku mau pergi sama nyokap, udah janji, gimana dong?” aku mencoba membujuknya, “ayolah is, masa aku sendirian si, gak enak tau, kamu batalin aja janjinya” pintaku lagi.. “winda, kamu kaya gak tau nyokap aku aja, mana bisa dibatalin” akhirnya aku nyerah… bel pulang berbunyi, aku langsung bergegas membereskan buku-buku ku, berlari mencari ojek untuk pulang ke rumah dan bersiap pergi ke rumah dimas.
Melihat penampilanku di depan kaca, ku semprotkan minyak wangi andalanku, setelah yakin udah rapih,
aku meluncur keluar rumah, tiba-tiba Hp di saku ku berdering, MY LOVE memanggil, aku langsung menekan tombol yes “hallo Asslammualaium” sapa ku riang.. “wangalaikum salam” terdengar suara yang sangat ku sukai tampak begitu jelas “dimas…” kata-kata ku terhenti, bingung harus memarahinya atau memanjakannya..
“say, maafin aku ya, aku gak kasih kabar, sekarang aku udah baikan kok, kamu gak usah khawatir, kemaren hpku disita” jelasnya panjang lebar.. “iya gapapa, emang kamu sakit apa, nih aku udah siap mau ke rumah kamu”
aku tersenyum senang.. “aku Cuma kena radang tenggorokan, kamu gak usah ke rumah ya, aku mau pergi kontrol lagi, aku gapapa kok” ungkapnnya, “tapi aku udah siap-siap ni beneran, udah di depan rumah tinggal berangkat doang” kataku mencoba meyakinkannya “ga usah, besok pagi aku jemput kamu seperti biasa, aku janji, ya udah yah, aku mau pergi sekarang nih, love you say” telphon terputus… aku kembali ke dalam rumah dengan perasaan kecewa.
Keesokan harinya, dimas menjemputku lebih awal dari pada biasanya, “hey kok pagi amat si jemputnya?” tanyaku heran.. yang ditanya Cuma cengar-cengir aja melihat bibirku yang manyun “udah siap kan, aku mau ajak kamu sarapan, ayo naik” aku mengangguk, kami pergi ke pasar jajan langganan kami, biasanya aku dan dimas pergi kesini hari minggu setelah pulang lari pagi, rasanya sudah sekitar 2 bulan aku gak kesini, kangen juga sama tempat ini, disinilah tempat dimana dimas mengungkapkan perasaannya, “kamu mau makan apa?” pertanyaan dimas membuyarkan lamunanku.. “mmm aku mau roti bakar aja” jawabku pendek, dimas memesankan roti untukku, dan 1 mangkuk bubur ayam untuknya, kami berdua terdiam hingga pesanan kami datang, bahkan kami juga makan dalam diam, semua itu membuatku sebal, kenapa si cowok itu gak ada pengertiannya, setelah 2 hari gak ketemu terus sekarang dia diemin aku, apa maksudnya coba.. akhirnya setelah roti itu habis kulahap, aku buka suara “kenapa kamu diem aja?” tanyaku ketus.. “kan lagi makan say, nanti kalau ngobrol tenggorokanku sakit lagi emang kamu mau..” jawab dimas “aku butuh penjelasan soal 2 hari kemaren, aku kecewa banget sama kamu, kamu tau ga, aku telfon kamu tapi ga diangkat, aku nunggu kamu jemput, aku lari-lari nyariin kamu, aku juga ke rumah kamu, tapi kamunya gak ada, emang kamu ga bisa ngabarin aku dulu, aku cape!!!” bentak ku kesal… dimas terdiam menatap wajahku yang pasti udah merah kaya kepiting rebus.. “udah jam 07.50, aku gak mau kita telat” dimas menggandeng lenganku menuju motornya… rasanya aku ingin berontak, lari sekuat tenaga ke rumah, masuk ke dalam kamar dan nangis sepuasnya…
Sepulang sekolah, dimas sudah menungguku di depan kelas, “winda cowok lu tuh” iis memberitahuku…
“diih, ngapain sih tuh cowok?” tanyaku pada iis “yeee mana aku tau, aku duluan yah win” setelah iis keluar kelas, ku tenangkan hati ku, melangkah keluar menemui dimas dengan muka sebiasa mungkin, “kamu butuh penjelasan kan, ayo ikut..” ajak dimas kemudian, tapi aku masih berdiri mematung, akhirnya dimas menghampiriku dan merangkulku berjalan menuju parkiran motor.. “pake nih..” dimas mengulurkan jaketnya padaku.. aku masih terdiam, dimas yang terlihat bingung melampirkan jaketnya di pundakku.. “gak usah kaya anak kecil deh, buruan naik, bisa-bisa kita sampai rumah malem nanti” akhirnya kuturuti perintahnya…
Aku gak tau dimas akan membawaku kemana, dalam perjalanan dia hanya terdiam membisu, sudah 1 jam lebih aku duduk di motornya tapi tujuannya belum terlihat juga, aku mencoba melihat-lihat sekeliling, membaca arah tujuannya, sepertinya menuju puncak, dia berhasil menculikku, aku semakin sebal dibuatnya, tapi pemandangan di depanku membuat rasa sebal itu hilang berubah menjadi rasa cinta, cinta kepada alam ini, indah banget, semilir angin dan hawa sejuk itu menyambut kedatanganku, aroma wangi dari jaket ini membuat pelukanku semakin erat, motor itu terus melaju semakin menanjak, dan menanjak hingga akhirnya berhenti di salah satu warung kecil yang ada disana, dimas menggandeng tanganku berjalan ke atas menuju sebuah gubug, dari gubug itu ku hirup udara sebanyak-banyaknya, tersenyum pada alam ini, aku bisa melihat jalan yang kulewati tadi, melihat air terjun, pemandangan ini benar-benar indah, aku merasa dekat dengan langit sekarang.
“kamu suka?” Tanya dimas hati-hati, aku masih terdiam, aku gak akan luluh semudah itu, pikirku dalam hati… dari ujung mataku aku yakin dimas sedang menatapku sekarang, “wiiinnnddaaa…” aku mendengar seseorang memanggilku dari bawah, “iis, kenapa iis ada disini?” tanyaku bingung pada dimas… dimas menyentuh kedua tanganku, mendekatkan tubuhku ke tubuhnya, wajahnya bening, senyum yang ku sukai terlukis disana, matanya menatapku tajam “Happy anniversary say, anniversary kita yang ke 2 tahun, aku mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu, maafin aku, maaf karena aku belum bisa jadi pacar yang baik untuk kamu, aku yang ngerencanain ini semua” aku terpaku, aku bahkan gak ingat sama sekali kalau hari ini adalah hari jadianku dengan dimas, mataku mulai terasa perih, “ada sesuatu di saku jaket itu” dimas memberitahuku, kumasukan tanganku ke dalam saku itu, berhasil menemukan kotak kecil berwarna biru, lalu aku membukanya, cincin berlian putih yang indah terlihat disana, aku menatap dimas tak percaya, tangan dimas mengambilnya dan memasangkannya di jari ku.
Aku sangat terharu, sebutir air mata yang tak terbendung berhasil meluncur di pipiku, “aku mencintaimu” bisikku pada dimas, lelaki itu tersenyum penuh kemenangan, perlahan dia menyentuh daguku, mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan menyapukan bibirnya ke bibirku, “aku mencintaimu” bisiknya di telingaku, iis dan teman-teman lain yang melihat kejadian itu bersorak-sorak, aku sangat malu tapi aku juga bahagia, aku sangat bahagia karena bisa memilikinya, aku berharap hubungan ini bisa bertahan untuk selamanya….
Cerpen Karangan: Dian Nurtijah Faozi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar