Malam yang tak begitu cerah bagiku. Langit yang mendung tanpa ada bintang yang menghiasi tanpa bulan yang tersenyum, seperti hati ini, hati yang diselimuti dengan luka yang mendalam tanpa ada setitik cahaya yang mampu menyinari hatiku. Dalam kesunyian malam aku berdiri di belakang jendela kamarku, menatap langit itu dengan penuh pertanyaan yang mungkin tak ada jawabannya. Mengapa bintang tak menghiasi langit itu? Mengapa bulan enggan lagi tersenyum kepada bumi? Apakah bulan, bintang ikut bersama merasakan sakit dalam hatiku? Ah entah aku sendiri tak tau. Ingin ku terbang ke angkasa meninggalkan segala rasa sakit ini dan membiarkannya berlalu terbawa angin malam. Angan-angan yang begitu tinggi yang tak mungkin aku bisa meraihnya.
Sejenak lamunanku terbuyar karena seperti ada yang memanggilku dari arah pintu kamarku.
“Riss.. belum tidur ya?” panggil Mama dari depan pintu kamarku
“belum Ma, sebentar lagi kok.”
“jangan tidur terlalu malem ya sayang, besok kan sekolah.” nasehatnya.
“iya Ma, enggak kok, ntar Rissa juga tidur.”
“ya udah kalau gitu, Mama tidur dulu ya sayang. Good Night sayang.”
“Night Maa.” Jawabku singkat. Walaupun tadi ku bilang sebentar lagi beranjak tidur namun tetap saja aku belum bisa tidur, tadi hanya untuk melegakan hati Mama yang terlalu khawatir denganku.
“Riss.. belum tidur ya?” panggil Mama dari depan pintu kamarku
“belum Ma, sebentar lagi kok.”
“jangan tidur terlalu malem ya sayang, besok kan sekolah.” nasehatnya.
“iya Ma, enggak kok, ntar Rissa juga tidur.”
“ya udah kalau gitu, Mama tidur dulu ya sayang. Good Night sayang.”
“Night Maa.” Jawabku singkat. Walaupun tadi ku bilang sebentar lagi beranjak tidur namun tetap saja aku belum bisa tidur, tadi hanya untuk melegakan hati Mama yang terlalu khawatir denganku.
Helaan nafas panjangku mungkin dapat mengurangi sedikit beban dalam hatiku tetapi tak dapat mengurangi sedikitpun luka dalam hatiku. Karena memang berat ku hadapi semua ini dengan sendiri, mungkin karena begitu banyak cerita yang ku lalui bersamamu. Mulai dari canda tawa, motivasi yang pernah kamu berikan, kasih sayang yang pernah kamu berikan dalam hidupku namun semua itu hanyalah setitik harapan semu! Mungkin bagimu itu hanya sebatas perhatian seorang teman, namun tidak untukku. Bagiku itu adalah sebuah perhatian yang mungkin hanya kamu berikan untukku. Hingga ku merasa ada yang bergejolak di hati ini saat kedua mataku saling menatap sinar matamu yang sangat berbeda untukku, tatapan yang bukan lagi biasa. Tatapan yang mungkin mengartikan bahwa matanya seolah berbicara.
“Andai saja kau tau Andra.. aku disini di malam ini sendiri, sunyi melamunkanmu, merasakan sendiri pedih dalam hati, perihnya kau lukai. Entah apa lagi yang mesti ku perbuat. Apakah setelah ini aku masih bisa merasakan CINTA?” Aku berkata-kata sambil menatap langit mendung itu. Yaa. Hanya berkata-kata yang tak mungkin juga Andra akan menjawabnya.
Akhir Agustus 2013. Ku sampaikan rasa dalam hatiku lewat tulisan-tulisanku malam ini. Tak perlu ku ucap padamu aku rindu… bahkan saat kau ada didekatku aku tak mampu menatapmu.. sekedar memperlihatkan perasaan ini. Karena cinta ini terpendam. Ya. Dalam diam ku mencintaimu, dalam doaku terselip namamu. Ingin ku tinggalkan rasa ini, hapuskan luka di hati dan mengakhiri semua cerita tentangmu menjadi kisah masa laluku. Memang.. kenangan tak bisa berubah, biarlah itu menjadi kisah menarik yang memang untuk dikenang dan tertulis di diary lamaku. Aku menyadari perasaan yang tertanam di hati ini tak seharusnya tumbuh, tapi aku akan mencoba untuk berhenti dan membiarkannya layu dalam hatiku bersama luka ini. Sosok dirimu dalam hatiku. Kamu. Ya. Aku rindu, seperti yang dulu. Tapi apa daya ku? Semua rasa ini hanya dapat ku pendam dalam-dalam. Dengan sendirinya rasa ini akan terus mengalir seperti air, dan berjalan mengikuti arus kemanapun ia akan mengalir.
Tak ada lagi yang tersisa untukku selain kenangan-kenangan saat bersamamu. Biarlah aku mencoba untuk meninggalkan semua, semua tentangmu, tentang rasa ini, dan kan ku kenang lalu ku tulis menjadi sebuah cerita di Catatan Akhir Agustus.
Cerpen Karangan: Ninda Agustriyani
0 komentar:
Posting Komentar