I think I love you… keu reon ka bwa yo cause I miss you…
Suara merdu Song Hye Gyo yang dijadikan sebagai soundtrack untuk Full House terdengar dari handphone Bella.
“Jam segini siapa sih yang nelepon,” gumam Bella sambil berusaha memelekkan matanya. Jam telah menunjukkan pukul 00.00 WIB. Bella sebenarnya telah terlelap satu jam yang lalu. Namun, dering handphone-nya membangunkannya. Tangan kiri Bella menggosok-gosok kedua matanya sementara tangan kanannya berusaha meraih handphone yang terletak di meja sebelah tempat tidurnya.
Kak Meli… ada apa ya kok nelepon di jam hantu kaya gini… ujar Bella dalam hati setelah melihat layar handphone-nya yang menunjukkan nama si penelepon. Ditekannyalah tombol hijau pada handphone tersebut dan terjadilah percakapan.
“Halo Kak Meli,” sapa Bella memulai percakapan.
“Halo Bel.. Sori ya kakak telepon kamu jam segini. Kamu udah tidur ya?” Balas Meli.
“Iya kak. Kan besok kerja. Senin pula. Pasti macet jalanan. Tapi gak apa-apa kalau Kak Meli ada yang mau diomongin. Ada apa kak?”
“Bellaaa… Cariin Kak Meli cowok donk. Aku mau pacaran tapi bingung sama siapa. Galau nih apalagi tadi abis nonton film Korea yang kakak download di internet. Romantis bangettt! Cowoknya sayaaanngg banget sama ceweknya. So sweet… Aku jadi iri liatnya. Eh malah jam segini jadi gak bisa tidur deh.”
“Oh gitu kak. Oke deh nanti Bella bantuin. Aku pikir-pikir dulu ya dari kenalanku yang pas buat Kak Meli plus masih single siapa, nanti aku coba kenalin ke kakak. Tenang kak… pasti nanti Kak Meli bakalan dapet cowok juga yang care sama kakak. Yang penting sekarang say no to galau terus Kak Meli tidur. Kalau susah tidur, itung domba aja… tapi dombanya diganti sama cowok-cowok yang nantinya ngantriin Kak Meli. Hehehehe…”
“Hahahaha… Thank you Bella sayang. Kamu tuh yaa… bisa aja nenangin hari orang. Gak percuma kamu lulus kuliah psikologi. Ya udah deh gitu aja. Sori nih udah ganggu tidur kamu. Kamu juga tidur lagi gih. Bye…”
“Yooo… Bye kak.”
Suara merdu Song Hye Gyo yang dijadikan sebagai soundtrack untuk Full House terdengar dari handphone Bella.
“Jam segini siapa sih yang nelepon,” gumam Bella sambil berusaha memelekkan matanya. Jam telah menunjukkan pukul 00.00 WIB. Bella sebenarnya telah terlelap satu jam yang lalu. Namun, dering handphone-nya membangunkannya. Tangan kiri Bella menggosok-gosok kedua matanya sementara tangan kanannya berusaha meraih handphone yang terletak di meja sebelah tempat tidurnya.
Kak Meli… ada apa ya kok nelepon di jam hantu kaya gini… ujar Bella dalam hati setelah melihat layar handphone-nya yang menunjukkan nama si penelepon. Ditekannyalah tombol hijau pada handphone tersebut dan terjadilah percakapan.
“Halo Kak Meli,” sapa Bella memulai percakapan.
“Halo Bel.. Sori ya kakak telepon kamu jam segini. Kamu udah tidur ya?” Balas Meli.
“Iya kak. Kan besok kerja. Senin pula. Pasti macet jalanan. Tapi gak apa-apa kalau Kak Meli ada yang mau diomongin. Ada apa kak?”
“Bellaaa… Cariin Kak Meli cowok donk. Aku mau pacaran tapi bingung sama siapa. Galau nih apalagi tadi abis nonton film Korea yang kakak download di internet. Romantis bangettt! Cowoknya sayaaanngg banget sama ceweknya. So sweet… Aku jadi iri liatnya. Eh malah jam segini jadi gak bisa tidur deh.”
“Oh gitu kak. Oke deh nanti Bella bantuin. Aku pikir-pikir dulu ya dari kenalanku yang pas buat Kak Meli plus masih single siapa, nanti aku coba kenalin ke kakak. Tenang kak… pasti nanti Kak Meli bakalan dapet cowok juga yang care sama kakak. Yang penting sekarang say no to galau terus Kak Meli tidur. Kalau susah tidur, itung domba aja… tapi dombanya diganti sama cowok-cowok yang nantinya ngantriin Kak Meli. Hehehehe…”
“Hahahaha… Thank you Bella sayang. Kamu tuh yaa… bisa aja nenangin hari orang. Gak percuma kamu lulus kuliah psikologi. Ya udah deh gitu aja. Sori nih udah ganggu tidur kamu. Kamu juga tidur lagi gih. Bye…”
“Yooo… Bye kak.”
Meli adalah kakak sepupu dari Bella. Jadi, mama Bella adalah kakak dari mama Meli. Hubungan persaudaraan Bella dan Meli sebenarnya biasa-biasa saja. Jadi, tidak dekat juga tidak renggang. Tapi untuk hal mencari jodoh ini entah mengapa Meli berinisiatif meminta bantuan dari Bella. Mungkin iseng-iseng berhadiah. Namun tak masalah. Bella tidak keberatan. Sesama saudara harus saling membantu.
Meli adalah gadis yang pintar. Dia adalah salah satu mahasiswa unggulan sewaktu mengambil program S1 dan S2. Sikapnya juga tidak banyak tingkah. Namun mengapa nampaknya ia sulit mendapatkan pasangan? Mungkin karena ukuran tubuhnya yang tidak ideal alias gemuk. Sudah rahasia umum kalau pria menyukai wanita yang bentuk tubuhnya bak gitar Spanyol! Pinggang kecil disertai pinggul yang bah*nol, pria mana yang sanggup mengalihkan pandangannya dari pemandangan maha indah tersebut? Fisik bukan kriteria terpenting dalam mencari pasangan. Tapi bagaimana cara melihat pasangan kita kalau bukan melihat fisiknya. Meskipun adapula pria yang tetap mencintai pasangannya walaupun body-nya jauh dari image foto model. Sebelumnya, Meli juga pernah menjalin percintaan namun kandas di tengah jalan karena tidak mendapat restu dari orang tuanya.
“Siapa yaa… siapa yaa.. siapa yaa?” Kak Meli itu kan lulusan S2, sekarang dia kepala bagian di tempat kerjanya, terus umurnya 32 tahun. Berarti cowok yang pas buat Kak Meli itu mesti yang berpendidikan dan umurnya minimal kepala tigalah ya.” Bella sedang menjalankan visinya sebagai mak comblang dengan misi mencari kenalannya yang kira-kira sepadan dengan Meli Haryanto.
“Kalau temen-temen sekolah dan kuliahku umurnya sepantaran aku semua, malah masih di bawah 25, jadi gak pas sama Kak Meli. Si Roni temen kuliahku yang sepupu aja umurnya 26. Temen kantor di sini…” Bella celingak-celinguk memandangi sekeliling kantornya. “Pak Rudi Hendrawan mau marriage bulan depan… kalau Pak Fandi udah marriage… Kak Soni pacaran sama Mbak Dian… Kak Taufik juga udah punya pasangan yang di foto profil BBM itu… Michael sih seumuran aku, masih 23, lulus aja bareng… Pak Heri yang supervisor pajak itu keren ya kalau dipikir-pikir. Hmm… umurnya juga kepala tiga. Tapi denger-denger dia kan playboy. Bisa putus dan jadian di hari dan jam yang sama! Aduh… jangan deh kalau dia… Kak Yoga baru putus sama pacarnya gara-gara cewek itu selingkuh sama dosen pembimbingnya. Tapi cewek seleranya Kak Yoga kan harus kudu wajib bodinya bohai, seksi, jago make-up, bisa pake bulu mata palsu, suka pake rok mini. Mana mau si Yoga penjajakan dulu sama Kak Meli. Temen-temen gereja hmm… Aha! Kak John aja!” Akhirnya Bella menemukan pria yang siap dicomblangkan dengan sepupunya yang kini bekerja di salah satu perusahaan multinasional di Jakarta tersebut.
“Kalau temen-temen sekolah dan kuliahku umurnya sepantaran aku semua, malah masih di bawah 25, jadi gak pas sama Kak Meli. Si Roni temen kuliahku yang sepupu aja umurnya 26. Temen kantor di sini…” Bella celingak-celinguk memandangi sekeliling kantornya. “Pak Rudi Hendrawan mau marriage bulan depan… kalau Pak Fandi udah marriage… Kak Soni pacaran sama Mbak Dian… Kak Taufik juga udah punya pasangan yang di foto profil BBM itu… Michael sih seumuran aku, masih 23, lulus aja bareng… Pak Heri yang supervisor pajak itu keren ya kalau dipikir-pikir. Hmm… umurnya juga kepala tiga. Tapi denger-denger dia kan playboy. Bisa putus dan jadian di hari dan jam yang sama! Aduh… jangan deh kalau dia… Kak Yoga baru putus sama pacarnya gara-gara cewek itu selingkuh sama dosen pembimbingnya. Tapi cewek seleranya Kak Yoga kan harus kudu wajib bodinya bohai, seksi, jago make-up, bisa pake bulu mata palsu, suka pake rok mini. Mana mau si Yoga penjajakan dulu sama Kak Meli. Temen-temen gereja hmm… Aha! Kak John aja!” Akhirnya Bella menemukan pria yang siap dicomblangkan dengan sepupunya yang kini bekerja di salah satu perusahaan multinasional di Jakarta tersebut.
Mengapa Bella berinisiatif mencomblangkan Meli dengan John? Tentu Bella tidak asal memilih. Ini sudah dengan pertimbangan yang matang. Bella sudah lama mengenal John, sejak mereka satu gereja, delapan tahun yang lalu. Dulu mereka pernah satu kelompok rohani dan John adalah kakak rohaninya Bella. Namun, sejak teman-teman yang lain banyak yang pindah ke Bandung untuk kuliah dan bekerja, kelompok tersebut bubar. Akan tetapi Bella dan John tetap berhubungan baik. John kini berusia 36 tahun. Berbekal pendidikan sampai S1 di bidang teknik, kini John mampu merambah karier sebagai asisten manager di perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka di Indonesia. Selain memiliki karier yang jelas, secara fisik John juga lumayan. Wajahnya memang tidak terlalu tampan, namun si pemilik kulit sawo matang ini mempunyai postur tubuh yang menawan bak anggota militer. John terakhir berparcaran sembilan tahun yang lalu. Ia sangat mencintai pasangannya. Namun, pada waktu itu sang gadis menolak lamaran John untuk bertunangan karena ia lebih mencintai pria lain. Sejak saat itu, John tidak lagi menjalin hubungan dengan wanita manapun. Kalau John, Bella yakin Meli tidak akan ditolak hanya karena sekedar penampilan.
Misi selanjutnya adalah mempertemukan Meli dan John face to face. “Kalau Kak Meli sih gampang. Dia kan emang lagi mau dikenalin sama cowok. Tapi kalau ke Kak John gimana ngomongnya ya? Waktu itu Sari kan pernah mau comblangin Kak John ke temennya tapi Kak John nolak. Kalau pake cara yang sama, hasilnya bakal sama. Gimana ya caranya supaya Kak John mau ditemuin sama cewek buat temenan dulu? Hmm… mau gak mau aku harus bisa yakinin Kak John nih.” Kemudian Bella mengambil handphone-nya dan mengirim SMS.
To: Kak John
Hellow Kak Jhon. Lagi ngapain nie? Hari Minggu besok abis selesai ibadah di gereja, jangan pulang dulu ya. Aku mau traktir Kak Jhon makan nasi goreng yang di Jalan Anggrek itu. Bisa ya?
Beberapa menit kemudian ada SMS masuk ke handphone Bella…
Hellow Kak Jhon. Lagi ngapain nie? Hari Minggu besok abis selesai ibadah di gereja, jangan pulang dulu ya. Aku mau traktir Kak Jhon makan nasi goreng yang di Jalan Anggrek itu. Bisa ya?
Beberapa menit kemudian ada SMS masuk ke handphone Bella…
From: Kak John
Halo juga Bella. Kakak lagi makan siang sama temen-temen kantor. Oke, bisa Bella. Tumben nie kamu mau traktir. Padahal ultah kamu masih lama ya. Hehehe. Kalau begitu, sampe ketemu hari Minggu ya.
Halo juga Bella. Kakak lagi makan siang sama temen-temen kantor. Oke, bisa Bella. Tumben nie kamu mau traktir. Padahal ultah kamu masih lama ya. Hehehe. Kalau begitu, sampe ketemu hari Minggu ya.
“Yes! Kak John bisa. Langkah pertama sukses. Sekarang tinggal nunggu hari Minggu aja.” Bella girang rencananya berjalan dengan mulus.
Tibalah hari Minggu yang dimaksudkan. Selesai ibadah di gereja, Bella pergi bersama John menuju restoran yang dimaksud. Restoran ini bernama “Anggrek Goreng.” Mungkin karena terletak di jalan yang namanya anggrek dan semua menu yang disajikan di restoran ini dimasak dengan cara digoreng jadi dinamakan demikian. Interior restoran ini cukup unik. Di setiap meja diletakkan sebuah pot bunga anggrek walaupun itu anggrek palsu. Anggrek asli menghiasi halaman depan restoran seolah tanda penyambutan untuk para tamu yang akan mampir ke restoran. Ruangan dicat dengan warna ungu dilengkapi dengan peralatan restoran yang serba berwarna ungu, seperti taplak meja ungu, kursi ungu, piring ungu, sendok bergagang ungu, sedotan ungu, sampai para pelayan yang mengenakan polo-shirt berwarna ungu. Tentunya warna ungu ini bukan mencerminkan warna janda melainkan simbolisasi dari anggrek. Warna yang monoton itu tidak indah. Yang indah itu hendaknya berwarna-warni. Namun, tidak demikian untuk Restoran Anggrek Goreng. Restoran tersebut didominasi warna tunggal namun sangat selaras satu sama lain dan sangat indah. Keindahan ini sulit dibayangkan bagi yang belum pernah mengunjunginya. Untuk yang perdana melihat interior Restoran Anggrek Goreng, ia akan bertanya: Siapa gerangan profesional desainer ruangan ini?
“Kamu gak berubah ya… kalau makan lama banget,” kata John.
“Ya aku kan kalau makan dinikmati kak. Kan sayang beli makanan mahal-mahal tapi udah habis dalam sekejap, hahaha…” balas Bella.
“Alasan yang bagus, hehehe… Oh ya Bel, katanya ada yang mau kamu omongin. Napa dek?
“Hmm… Kak John, Bella ada suatu permintaan tapi jujur Bella takut kakak keberatan.”
“Permintaan apa Bella? Kamu ngomong aja dulu siapa tahu aku bisa bantu kan.”
“Kak John… aku mau kenalin Kak John sama seseorang.”
“Terus?” John penasaran ditandai munculnya kerutan di keningnya.
Suasana hening beberapa detik…
“Aku mau supaya Kak John pacaran sama kakak sepupuku.”
“Oh sori Bella, kalau yang itu kakak gak bisa.”
“Kenapa gak bisa kak? Kak John gak lagi deket sama cewek kan? Lagipula sepupuku Kak Meli itu orangnya baik, setia. Aku tahu betul dia. Kalau Kak Meli itu gak baik, aku gak akan kenalin ke Kak John. Dan yang paling penting, Kak Meli itu gak sama dengan mantan terakhir kakak yang udah ngecewain kakak. Gak semua cewek itu sama kak. Setiap cewek itu banyak persamaannya tapi banyak juga perbedaannya. Kenalan aja dulu, please… Tak kenal maka tak sayang kan.”
“Iya, tapi kalau udah sayang terus kehilangan itu rasanya sakit. Lebih baik gak usah sayang-sayangan.”
“Kak John itu harus kudu wajib bisa move on dari trauma masa lalu kakak. Aku tahu itu gak mudah. Aku tahu itu butuh waktu. Tapi mau sampe kakak kaya gini terus? Emanknya kakak mau hidup tanpa seorang pendamping? Kalau nanti tua, kakak udah gak kerja, sakit-sakitan, jalan susah, makan susah, siapa yang ngurusin? Idealnya manusia itu hidup berpasang-pasangan, pria dan wanita, untuk saling melengkapi dan membantu. Aku tahu hati kecil Kak John pasti menginginkan itu. Buktinya dulu pernah pacaran dan hampir tunangan. Tapi karena gak sesuai harapan, Kak John malah patah semangat dan gak mau gapai impian kakak. Apalagi seumuran kakak itu udah pantas berkeluarga, punya anak. Emang kakak gak iri liat keluarga bahagia? Iri kan? Lebih tepatnya, pengen kan kaya gitu juga? Bella udah merhatiin dari tadi, mata Kak John itu berulang kali ngelirik tamu yang di deket jendela. Di sana ada bapak, ibu, dan seorang anak kecil. Ayo dong kak, Bella mohon kakak jangan terkurung di masa lalu kakak. Bangun dan melangkah lagi. Seperti yang Bella bilang tadi, Mario John Wijaya harus bisa move on. Jia you!” Bella berusaha meyakinkan John dengan sepenuh hati.
“Ya aku kan kalau makan dinikmati kak. Kan sayang beli makanan mahal-mahal tapi udah habis dalam sekejap, hahaha…” balas Bella.
“Alasan yang bagus, hehehe… Oh ya Bel, katanya ada yang mau kamu omongin. Napa dek?
“Hmm… Kak John, Bella ada suatu permintaan tapi jujur Bella takut kakak keberatan.”
“Permintaan apa Bella? Kamu ngomong aja dulu siapa tahu aku bisa bantu kan.”
“Kak John… aku mau kenalin Kak John sama seseorang.”
“Terus?” John penasaran ditandai munculnya kerutan di keningnya.
Suasana hening beberapa detik…
“Aku mau supaya Kak John pacaran sama kakak sepupuku.”
“Oh sori Bella, kalau yang itu kakak gak bisa.”
“Kenapa gak bisa kak? Kak John gak lagi deket sama cewek kan? Lagipula sepupuku Kak Meli itu orangnya baik, setia. Aku tahu betul dia. Kalau Kak Meli itu gak baik, aku gak akan kenalin ke Kak John. Dan yang paling penting, Kak Meli itu gak sama dengan mantan terakhir kakak yang udah ngecewain kakak. Gak semua cewek itu sama kak. Setiap cewek itu banyak persamaannya tapi banyak juga perbedaannya. Kenalan aja dulu, please… Tak kenal maka tak sayang kan.”
“Iya, tapi kalau udah sayang terus kehilangan itu rasanya sakit. Lebih baik gak usah sayang-sayangan.”
“Kak John itu harus kudu wajib bisa move on dari trauma masa lalu kakak. Aku tahu itu gak mudah. Aku tahu itu butuh waktu. Tapi mau sampe kakak kaya gini terus? Emanknya kakak mau hidup tanpa seorang pendamping? Kalau nanti tua, kakak udah gak kerja, sakit-sakitan, jalan susah, makan susah, siapa yang ngurusin? Idealnya manusia itu hidup berpasang-pasangan, pria dan wanita, untuk saling melengkapi dan membantu. Aku tahu hati kecil Kak John pasti menginginkan itu. Buktinya dulu pernah pacaran dan hampir tunangan. Tapi karena gak sesuai harapan, Kak John malah patah semangat dan gak mau gapai impian kakak. Apalagi seumuran kakak itu udah pantas berkeluarga, punya anak. Emang kakak gak iri liat keluarga bahagia? Iri kan? Lebih tepatnya, pengen kan kaya gitu juga? Bella udah merhatiin dari tadi, mata Kak John itu berulang kali ngelirik tamu yang di deket jendela. Di sana ada bapak, ibu, dan seorang anak kecil. Ayo dong kak, Bella mohon kakak jangan terkurung di masa lalu kakak. Bangun dan melangkah lagi. Seperti yang Bella bilang tadi, Mario John Wijaya harus bisa move on. Jia you!” Bella berusaha meyakinkan John dengan sepenuh hati.
Bella tampak menikmati jus mangga yang dipesannya sementara John memainkan gadget-nya entah ada yang sedang berkomunikasi dengannya atau ia hanya pura-pura sibuk. Suasana menjadi hening sekitar 30 menit dan tiba-tiba terdengar suara kata-kata…
“Mario John Wijaya harus bisa move on. Jia you!” Kalimat tersebut keluar dari mulut John!
Mendengar kalimat tersebut, Bella langsung tersenyum lebar tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Karena ia telah memahami makna kalimat tersebut dengan jelas, yaitu John mau menerima percomblangannya. Bella hanya mengangakat telapak tangan kanannya ke arah John tanda untuk melakukan toast.
“Mario John Wijaya harus bisa move on. Jia you!” Kalimat tersebut keluar dari mulut John!
Mendengar kalimat tersebut, Bella langsung tersenyum lebar tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Karena ia telah memahami makna kalimat tersebut dengan jelas, yaitu John mau menerima percomblangannya. Bella hanya mengangakat telapak tangan kanannya ke arah John tanda untuk melakukan toast.
Hari ini adalah pertemuan dan kencan perdana antara Mario John Wijaya dan Meli Haryanto. Sesuai dengan jadwal yang telah disiapkan oleh Bella Dewi Santika, sang mak comblang, mereka melaksanakan kencan “Pink Romantic” pada hari Sabtu jam 19.00 WIB di Penang Bistro, Grand Indonesia. John mengenakan kemeja lengan panjang berwarna pink muda sedangkan Meli tampak anggun dengan dress selutut berlengan pendek dihiasi bunga-bunga ala Korea berwarna pink cerah. Sebelumnya, Bella telah memberikan kode warna kostum dan barter nomor handphone John dan Meli sehingga mereka tidak salah orang.
“Halo… Meli ya? Aku John, temennya Bella. Kamu udah lama di sini?” John menyapa Meli sambil menyodorkan tangan tanda untuk bersalaman.
“Iya, aku Meli, sepupunya Bella. Gak kok, aku barusan datengnya. Kamu on time, aku suka.” Jawab Meli diselingi pujian kecil sambil tersenyum.
“Oh ya, kamu pasti udah laper. Jalanan tadi kan macet banget. Mau pesen apa?
“Aku pesen Hainanese chicken rice sama minumnya teh tarik dingin.”
“Mas, saya pesen Hainanese chicken rice-nya dua sama teh tarik dingin juga dua.” Tanpa pikir panjang, John memesan menu makanan dan minuman yang sama dengan Meli.
“Mel, kamu kerja di mana?” Tanya John seraya memulai PDKT (pendekatan).
“Aku kerja di PT Harum Bintang di daerah Kelapa Gading. Bagian accounting. Kamu kerja di mana?” Meli menjelaskan seputar pekerjaannya secara singkat sembari bertanya balik pada John.
“Kamu kepala bagian kan? Hehehe… Bella yang bilang. Bagus lho cewek bisa jadi pemimpin apalagi di usia kamu yang dibilang masih cukup muda untuk menduduki jabatan itu. Aku kerja di PT Langgeng Sawit bagian teknik. Udah delapan tahun di sana. Hmm… hobi kamu apa nie? Pasti salah satunya nonton film Korea, ketahuan dari baju kamu yang ala-ala Korea itu, hehehe…”
“Hahaha… Yup! Salah satunya itu. Hobi yang lain nulis diary dan dengerin musik. Kamu hobi apa?”
“Aku hobi olahraga, khususnya volley. Selain itu hobi kuliner. Ya itu kata halus untuk orang yang hobi makan. Hahaha… Dengerin musik… lagu apa yang suka kamu dengerin?”
“Aku suka lagu-lagu pop, lagu mellow yang kata orang itu lagu galau. Tapi bagiku lagu ‘galau’ itu gak galau beneran lho, malah bisa menenangkan hati. By the way, kamu bisa main alat musik?”
“Halo… Meli ya? Aku John, temennya Bella. Kamu udah lama di sini?” John menyapa Meli sambil menyodorkan tangan tanda untuk bersalaman.
“Iya, aku Meli, sepupunya Bella. Gak kok, aku barusan datengnya. Kamu on time, aku suka.” Jawab Meli diselingi pujian kecil sambil tersenyum.
“Oh ya, kamu pasti udah laper. Jalanan tadi kan macet banget. Mau pesen apa?
“Aku pesen Hainanese chicken rice sama minumnya teh tarik dingin.”
“Mas, saya pesen Hainanese chicken rice-nya dua sama teh tarik dingin juga dua.” Tanpa pikir panjang, John memesan menu makanan dan minuman yang sama dengan Meli.
“Mel, kamu kerja di mana?” Tanya John seraya memulai PDKT (pendekatan).
“Aku kerja di PT Harum Bintang di daerah Kelapa Gading. Bagian accounting. Kamu kerja di mana?” Meli menjelaskan seputar pekerjaannya secara singkat sembari bertanya balik pada John.
“Kamu kepala bagian kan? Hehehe… Bella yang bilang. Bagus lho cewek bisa jadi pemimpin apalagi di usia kamu yang dibilang masih cukup muda untuk menduduki jabatan itu. Aku kerja di PT Langgeng Sawit bagian teknik. Udah delapan tahun di sana. Hmm… hobi kamu apa nie? Pasti salah satunya nonton film Korea, ketahuan dari baju kamu yang ala-ala Korea itu, hehehe…”
“Hahaha… Yup! Salah satunya itu. Hobi yang lain nulis diary dan dengerin musik. Kamu hobi apa?”
“Aku hobi olahraga, khususnya volley. Selain itu hobi kuliner. Ya itu kata halus untuk orang yang hobi makan. Hahaha… Dengerin musik… lagu apa yang suka kamu dengerin?”
“Aku suka lagu-lagu pop, lagu mellow yang kata orang itu lagu galau. Tapi bagiku lagu ‘galau’ itu gak galau beneran lho, malah bisa menenangkan hati. By the way, kamu bisa main alat musik?”
Perbincangan yang akrab, terbuka, dan hangat tercipta di antara dua insan yang merindukan cinta di usia matang ini. Setelah kencan perdana yang dipelopori oleh Bella, mereka pernah beberapa kembali menjalani kencan. Tempat yang dipilih oleh mereka untuk nge-date cukup unik. Kalau sebagian besar orang memilih mall sebagai tempat favorit untuk berkencan, Meli dan John pernah berkencan di pasar malam, kolam renang, taman bunga, dan kafe. Mungkin tempat-tempat ini dapat menjadi alternatif bagi pasangan yang ingin kencan yang berbeda dari biasanya.
To: Kak Meli
Halo Kak Meli. Apa kabar? Gimana nih hubungan kakak sama John? Kak John oke kan? Terus kakak suka kan sama dia? Cerita2 dong sama Bella. Bella kan juga pengen tahu gimana jadinya dua orang yang Bella comblangin. Hari Minggu ketemuan yuk kak di Restoran Palem jam 5 sore. Sekalian Kak Meli temenin Bella belanja bulanan di swalayan.
Halo Kak Meli. Apa kabar? Gimana nih hubungan kakak sama John? Kak John oke kan? Terus kakak suka kan sama dia? Cerita2 dong sama Bella. Bella kan juga pengen tahu gimana jadinya dua orang yang Bella comblangin. Hari Minggu ketemuan yuk kak di Restoran Palem jam 5 sore. Sekalian Kak Meli temenin Bella belanja bulanan di swalayan.
From: Kak Meli
Oke dek. Apa sih yang gak buat kamu. Kakak juga lagi butuh temen cewek buat sharing. Sampe ketemu hari Minggu ya Ms. Comblang. Hehehe.
Oke dek. Apa sih yang gak buat kamu. Kakak juga lagi butuh temen cewek buat sharing. Sampe ketemu hari Minggu ya Ms. Comblang. Hehehe.
Hari Minggu di Restoran Palem…
“Udah lama nih gak liat Kak Meli. Keliatan tambah fresh dan cantik aja. Karena udah jadian ya? Jadi auranya terpancar gitu, hehehe…,” tanya Bella dengan penuh rasa penasaran.
“Bella ini bisaaa aja. Ya belumlah Bellaaa… Kalau udah jadian mah kamu akan jadi orang pertama yang kakak kasih tahu,” jawab Meli sambil mencubit kedua belah pipi Bella tanda gemas.
“Ohh… ya deh. Kalau gitu gimana nih perkembangan kakak sama Kak John? Pilihan Bella oke kan?”
“Iya Bel… Kamu emang pinter cariin pasangan. John itu ganteng, pinter, baik, sopan. Cowok idaman Kak Meli banget!”
“Dari Twitter kakak, kalian udah kencan beberapa kali ya. Aku inget banget tuh tweet kakak waktu itu “Thanks J**n, udah bersedia ngajarin aku berenang.”
“Iya betul Bel… Sebenarnya pas banget lho kamu ngajak kakak ketemuan. Kakak juga pengen cerita sama kamu… tentang John. Jujur ya Bel, kakak ngerasa sreg banget sama John. Dari beberapa kali kita ketemuan, aku ngerasa nyaman sama dia. Di sisi dia, aku bisa jadi diriku sendiri. Bagiku, John itu sempurna, banyak banget sisi baiknya sampe aku gak bisa nyebutin sisi negatifnya. Waktu aku pusing sama kerjaanku, dia motivasi aku supaya tetep semangat padahal dia sendiri juga lagi sibuk sama kerjaannya. Dia sabar ngajarin aku berenang. Dia yang kasih aku ide kado ulang tahun buat mama dan mama suka banget sama syal yang aku rajut sendiri. John lho yang ngajarin aku ngerajut. Dia juga yang nyemangatin aku buat diet sampe ngirimin menu diet mingguan segala. Sekarang udah turun empat kilo, lumayan… Bella… Kak Meli jatuh cinta sama John… Tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mematikan rasa cinta ini,” cerita Meli dengan suara yang awalnya ceria kemudian menjadi pelan di akhir.
“Lho… kenapa kak? Katanya baik… katanya cinta… kok malah mau matiin rasa cinta?” Mata Bella terbelalak penuh keterkejutan.
“Karena aku merasa dan aku sadar John itu gak punya rasa yang sama dengan yang kurasain ke dia. Kamu belum tahu sih Bel… Kita emang beberapa kali pernah jalan bareng tapi yang ngajakin itu aku terus tahu… Kalau gak kuaajakin, John gak ada tanda-tanda mau ketemu aku. Cuma yang waktu itu aja ke kafe dia duluan yang ngajakin. Ya cuma sekali. Lainnya aku yang inisiatif. Emang sih, setiap kuajakin jalan, John gak pernah jual mahal. Dia selalu oke-oke aja dan respon dia balas SMS-ku juga cepet. Waktu jalan dia juga bersikap baik, wajar, dan gak dingin. Tapi kakak kan cewek yang perasa, kakak ngerasa John itu baik sama kakak ya sebagai teman aja, gak lebih. Makanya aku gak mau berharap lebih sama dia. Tapi gak apa-apa. Justru kakak mau berterima kasih sama kamu Bella. Makasih udah ngenalin kakak sama John. Walaupun gak jadi pacar kakak, John adalah orang yang telah mengubah aku menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa.”
“Udah lama nih gak liat Kak Meli. Keliatan tambah fresh dan cantik aja. Karena udah jadian ya? Jadi auranya terpancar gitu, hehehe…,” tanya Bella dengan penuh rasa penasaran.
“Bella ini bisaaa aja. Ya belumlah Bellaaa… Kalau udah jadian mah kamu akan jadi orang pertama yang kakak kasih tahu,” jawab Meli sambil mencubit kedua belah pipi Bella tanda gemas.
“Ohh… ya deh. Kalau gitu gimana nih perkembangan kakak sama Kak John? Pilihan Bella oke kan?”
“Iya Bel… Kamu emang pinter cariin pasangan. John itu ganteng, pinter, baik, sopan. Cowok idaman Kak Meli banget!”
“Dari Twitter kakak, kalian udah kencan beberapa kali ya. Aku inget banget tuh tweet kakak waktu itu “Thanks J**n, udah bersedia ngajarin aku berenang.”
“Iya betul Bel… Sebenarnya pas banget lho kamu ngajak kakak ketemuan. Kakak juga pengen cerita sama kamu… tentang John. Jujur ya Bel, kakak ngerasa sreg banget sama John. Dari beberapa kali kita ketemuan, aku ngerasa nyaman sama dia. Di sisi dia, aku bisa jadi diriku sendiri. Bagiku, John itu sempurna, banyak banget sisi baiknya sampe aku gak bisa nyebutin sisi negatifnya. Waktu aku pusing sama kerjaanku, dia motivasi aku supaya tetep semangat padahal dia sendiri juga lagi sibuk sama kerjaannya. Dia sabar ngajarin aku berenang. Dia yang kasih aku ide kado ulang tahun buat mama dan mama suka banget sama syal yang aku rajut sendiri. John lho yang ngajarin aku ngerajut. Dia juga yang nyemangatin aku buat diet sampe ngirimin menu diet mingguan segala. Sekarang udah turun empat kilo, lumayan… Bella… Kak Meli jatuh cinta sama John… Tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mematikan rasa cinta ini,” cerita Meli dengan suara yang awalnya ceria kemudian menjadi pelan di akhir.
“Lho… kenapa kak? Katanya baik… katanya cinta… kok malah mau matiin rasa cinta?” Mata Bella terbelalak penuh keterkejutan.
“Karena aku merasa dan aku sadar John itu gak punya rasa yang sama dengan yang kurasain ke dia. Kamu belum tahu sih Bel… Kita emang beberapa kali pernah jalan bareng tapi yang ngajakin itu aku terus tahu… Kalau gak kuaajakin, John gak ada tanda-tanda mau ketemu aku. Cuma yang waktu itu aja ke kafe dia duluan yang ngajakin. Ya cuma sekali. Lainnya aku yang inisiatif. Emang sih, setiap kuajakin jalan, John gak pernah jual mahal. Dia selalu oke-oke aja dan respon dia balas SMS-ku juga cepet. Waktu jalan dia juga bersikap baik, wajar, dan gak dingin. Tapi kakak kan cewek yang perasa, kakak ngerasa John itu baik sama kakak ya sebagai teman aja, gak lebih. Makanya aku gak mau berharap lebih sama dia. Tapi gak apa-apa. Justru kakak mau berterima kasih sama kamu Bella. Makasih udah ngenalin kakak sama John. Walaupun gak jadi pacar kakak, John adalah orang yang telah mengubah aku menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa.”
Bella sangat terkejut setelah mendengar penjelasan Meli. Ia tidak menyangka kalau John akan menolak Meli secara halus. Bukannya Bella kecewa karena percomblangan yang dipeloporinya itu gagal tapi ia kecewa pada John yang sudah berjanji untuk melupakan masa lalunya dan mau kembali menjalin hubungan dengan wanita kini malahan mundur begitu saja.
“Masakan sejak ‘Pink Romantic’ yang kupeloporin waktu itu, Kak John gak pernah lagi inisiatif ngajakin Kak Meli kencan. Kesannya cukup satu kali aja ketemu Kak Meli gitu. Masa setiap nge-date Kak Meli mulu yang inisiatif. Kak Meli kan cewek… Kak John gimana sih yang cowok! Baik sama Kak Meli hanya sebatas teman, gak lebih. Alamakkk…! Kata Kak Meli, Kak John cuma satu kali ngajak dia kencan ke kafe. Lhaaa… itupun sebenernya aku yang nyuruh supaya Kak John ngajak Kak Meli nyobain kafe yang baru buka di daerah Kemang itu. Aku bukannya maksa Kak John supaya mau sama Kak Meli sih tapi aku cuma mau liat Kak John bahagia. Kenapa ya Kak John begitu? Apa jangan-jangan dia masih trauma sama masa lalunya?”
“Masakan sejak ‘Pink Romantic’ yang kupeloporin waktu itu, Kak John gak pernah lagi inisiatif ngajakin Kak Meli kencan. Kesannya cukup satu kali aja ketemu Kak Meli gitu. Masa setiap nge-date Kak Meli mulu yang inisiatif. Kak Meli kan cewek… Kak John gimana sih yang cowok! Baik sama Kak Meli hanya sebatas teman, gak lebih. Alamakkk…! Kata Kak Meli, Kak John cuma satu kali ngajak dia kencan ke kafe. Lhaaa… itupun sebenernya aku yang nyuruh supaya Kak John ngajak Kak Meli nyobain kafe yang baru buka di daerah Kemang itu. Aku bukannya maksa Kak John supaya mau sama Kak Meli sih tapi aku cuma mau liat Kak John bahagia. Kenapa ya Kak John begitu? Apa jangan-jangan dia masih trauma sama masa lalunya?”
Kemudian Bella mengambil handphone-nya…
To: Kak John
Hi Kak John. Lagi apa nih?
To: Kak John
Hi Kak John. Lagi apa nih?
From: Kak John
Lagi kerja aja Bel. Ada apa nih? Oh ya kebetulan kamu hubungin kakak duluan. Tadinya kakak yang mau SMS kamu. Hari Kamis nanti kan tanggal merah. Otomatis kantor libur. Ketemuan yuk @ Anggrek Goreng. Ada yang mau kubicarain.
Lagi kerja aja Bel. Ada apa nih? Oh ya kebetulan kamu hubungin kakak duluan. Tadinya kakak yang mau SMS kamu. Hari Kamis nanti kan tanggal merah. Otomatis kantor libur. Ketemuan yuk @ Anggrek Goreng. Ada yang mau kubicarain.
To: Kak John
Samaaa. Aku juga ada yang mau dibicarain sama kakak, tentang Kak Meli. Oke, Kamis ya.
Samaaa. Aku juga ada yang mau dibicarain sama kakak, tentang Kak Meli. Oke, Kamis ya.
Di hari Kamis yang notabene hari libur ini, Restoran Anggrek Goreng yang diprediksi akan ramai sekali malah tampak sepi. Mungkin banyak orang yang memilih berlibur di luar kota karena Jumat besok adalah harpitnas.
“Bel, katanya ada yang mau diomongin. Ayo kamu duluan cerita,” kata John mempersilakan Bella berbicara terlebih dahulu.
“Aku mau tanya, Kak John masih belum bisa lupain masa lalu kakak ya?” Sambung Bella dengan nada lembut.
“Gak kok. Kata siapa. Aku udah biasa aja sekarang.”
“Bagus deh kalau begitu. Lantas kenapa Kak John gak mau deket dulu sama Kak Meli? Ya aku gak maksa sih. Pengen dengerin penjelasan Kak John aja.”
“Perasaan itu gak bisa dipaksakan. Dan perasaanku untuk Meli hanyalah sebatas untuk teman. Aku udah menyadarinya sejak pertama kali ketemu Meli. Aku gak mau nyakitin Meli makanya aku gak kasih harapan palsu buat dia. Terima kasih atas usaha kamu nyariin aku pasangan. Makasih juga kamu udah percaya aku orang yang tepat buat Meli walaupun ujungnya gak jadian. Meli gadis yang baik dan periang.”
“Aku lega denger penjelasan Kak John. Kalau menurut Kak John, Kak Meli itu baik dan periang, kenapa gak mau sama Kak Meli? Apakah ada masalahnya dengan berat badan?”
“Ya gaklah Bella. Kamu gimana sih, hehehe…”
“Hehehe… aku tahu itu kak. Makanya aku berani nyomblangin Kak Meli sama Kak John. Terus emangnya kenapa kak?”
“Kenapa apanya?”
“Ya… kenapa Kak John gak mau sama Kak Meli?!” Bella menjadi gemas karena John nampak pura-pura tidak tahu maksud pertanyaan yang diucapkannya. “Kalau gak ada rasa kan ada alasannya. Gak mungkin gak ada rasa aja kan?”
Suasana hening beberapa detik. Bella menatap kedua mata John dengan serius menantikan sebuah jawaban…
“Karena… Aku mencintai kamu, Bella.” John berkata dengan nada suara dan tatapan mata yang serius.
Mendengar kalimat terakhir John, Bella sangat terkejut. Seolah percaya tidak percaya. Pada saat ini, otaknya serasa tak mampu memikirkan apa-apa serta tak tahu harus berkata apa dan bersikap apa. Pria yang ingin dicomblangkannya malah berbalik mencintainya. “Kenapa Kak John malah mencintai aku? Bukankah perbedaan usia di antara kita cukup jauh? Apalagi Bella kan…”
“Sssttt…” John menahan pembicaraan Bella. “Cinta adalah unik. Cinta tidak dapat diprediksi akan lari ke mana dan jatuh di hati siapa. Cinta tak hanya sebatas fisik. Cinta juga tidak memandang usia. Bella, kamu adalah orang yang telah memapah aku bangun dari masa lalu. Kamu yang selalu kasih aku semangat, ‘Mario John Wijaya harus move on. Jia you!’ Dari sana benih-benih cintaku untukmu tumbuh menjadi pohon cinta yang rindang serta siap menaungi dan melindungi kamu. Pohon cintaku untukmu tumbuh makin kekar dan tidak ada yang mampu menghambat pertumbuhannya. Gergaji besipun akan patah ketika mencoba memangkas pohon itu. Usaha kamu membuatku menapak masa depan telah berhasil. Dan masa depanku adalah kamu, Bella Dewi Santika…”
“Bel, katanya ada yang mau diomongin. Ayo kamu duluan cerita,” kata John mempersilakan Bella berbicara terlebih dahulu.
“Aku mau tanya, Kak John masih belum bisa lupain masa lalu kakak ya?” Sambung Bella dengan nada lembut.
“Gak kok. Kata siapa. Aku udah biasa aja sekarang.”
“Bagus deh kalau begitu. Lantas kenapa Kak John gak mau deket dulu sama Kak Meli? Ya aku gak maksa sih. Pengen dengerin penjelasan Kak John aja.”
“Perasaan itu gak bisa dipaksakan. Dan perasaanku untuk Meli hanyalah sebatas untuk teman. Aku udah menyadarinya sejak pertama kali ketemu Meli. Aku gak mau nyakitin Meli makanya aku gak kasih harapan palsu buat dia. Terima kasih atas usaha kamu nyariin aku pasangan. Makasih juga kamu udah percaya aku orang yang tepat buat Meli walaupun ujungnya gak jadian. Meli gadis yang baik dan periang.”
“Aku lega denger penjelasan Kak John. Kalau menurut Kak John, Kak Meli itu baik dan periang, kenapa gak mau sama Kak Meli? Apakah ada masalahnya dengan berat badan?”
“Ya gaklah Bella. Kamu gimana sih, hehehe…”
“Hehehe… aku tahu itu kak. Makanya aku berani nyomblangin Kak Meli sama Kak John. Terus emangnya kenapa kak?”
“Kenapa apanya?”
“Ya… kenapa Kak John gak mau sama Kak Meli?!” Bella menjadi gemas karena John nampak pura-pura tidak tahu maksud pertanyaan yang diucapkannya. “Kalau gak ada rasa kan ada alasannya. Gak mungkin gak ada rasa aja kan?”
Suasana hening beberapa detik. Bella menatap kedua mata John dengan serius menantikan sebuah jawaban…
“Karena… Aku mencintai kamu, Bella.” John berkata dengan nada suara dan tatapan mata yang serius.
Mendengar kalimat terakhir John, Bella sangat terkejut. Seolah percaya tidak percaya. Pada saat ini, otaknya serasa tak mampu memikirkan apa-apa serta tak tahu harus berkata apa dan bersikap apa. Pria yang ingin dicomblangkannya malah berbalik mencintainya. “Kenapa Kak John malah mencintai aku? Bukankah perbedaan usia di antara kita cukup jauh? Apalagi Bella kan…”
“Sssttt…” John menahan pembicaraan Bella. “Cinta adalah unik. Cinta tidak dapat diprediksi akan lari ke mana dan jatuh di hati siapa. Cinta tak hanya sebatas fisik. Cinta juga tidak memandang usia. Bella, kamu adalah orang yang telah memapah aku bangun dari masa lalu. Kamu yang selalu kasih aku semangat, ‘Mario John Wijaya harus move on. Jia you!’ Dari sana benih-benih cintaku untukmu tumbuh menjadi pohon cinta yang rindang serta siap menaungi dan melindungi kamu. Pohon cintaku untukmu tumbuh makin kekar dan tidak ada yang mampu menghambat pertumbuhannya. Gergaji besipun akan patah ketika mencoba memangkas pohon itu. Usaha kamu membuatku menapak masa depan telah berhasil. Dan masa depanku adalah kamu, Bella Dewi Santika…”
John benar-benar tidak sama dengan pria pada umumnya. Kalau biasanya pria langsung menutup hati untuk wanita bertubuh gemuk, John mampu melihat ketulusan hati seorang wanita dan diberikan cinta yang tulus juga untuknya. Ketulusan menemukan ketulusan. Berat badan Meli 70 kilogram sedangkan Bella 85 kilogram!!!
Cerpen Karangan: Nita Setiawan
0 komentar:
Posting Komentar