Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Cerpen - Pengagum Mu


Pagi yang cerah, hari ini aku ada kegiatan hiking, rasanya malas sekali untuk pergi tapi dengan tekad dan semangat, akhirnya aku pergi juga sesampainya di tempat pertemuan, niat ini mulai tergoyahkan dengan melihat adik-adik smp yang ikut rasanya aku tak mempunyai ruang, teman-teman sebaya ku menjadi panitia penyelenggara sedangkan aku menjadi anggota, dari situ niat ku mulai tergoyahkan lagi hampir aku pulang tapi ada Kak Oci yang memberiku semangat,
“Emil sayang sudah sampai sini masa mau pulang, entar juga disana banyak temen temen yang lain” kata Ka Oci
Akhirnya dengan karagu-raguan aku pun pergi.
Sesampainya di tempat tujuan aku masuk kelompok yang paling akhir, ternyata ada 3 orang teman yang umurnya sebaya dengan ku mereka satu kelompok bersama ku.
Dengan perasaan kosong dan hati yang gelisah aku memulai hiking ini, aku kelompok paling akhir dengan jumlah yang paling paling banyak kami 13 orang, pos pertama sudah terlalui pos ke dua pun tak mnyenangkan pos ketiga biasa aja aku tak menikamti kegiatan nya karena aku memulainya dengan keragu-raguan. Sesampainya di tempat tujuan memang banyak teman-teman disana tetep saja hati ini hampa karena aku iri pada kakak panitia yang semuanya rata-rata umurnya sebaya dengan ku sedang kan aku hanya menjadi anggota.
Tapi aku menikmati pemandangan alamnya mulai dari naik turun bukit melawati rumah penduduk menyebragi sugai melewati persawahan yang hijau dan menyebragi jembatan bambu, yang tak terduga aku melihat elang jawa yang sudah langka, subhanallah indahnya alam ini.
Tak terasa waktu sudah sore saat acara telah selesai dengan rasa lelah cape dan puas aku pun pulang.
Nama ku Emila aku paling tak suka dengan keramaian dan paling ga bisa kalau untuk mengawali pembicaraan, dan yang paling parah aku orangnya cuek sama lingkungan itu yang membuat ku tak begitu banyak teman.
Terimaksih buat ka oci yang sudah memberiku semangat dan kaka panitia green C yang sudah mengadakan acara hiking.
Ke esokan harinya aku sudah mulai berkerja lagi, yah inilah keseharian ku berangkat kerja pagi pulang sore walau sabtu minggu libur aku mengisi dengan kegiatan lain agar tidak jenuh.
Siang saat istirahat setelah selesai makan seperti biasa aku mengambil minum. Secara tak sengaja aku bertemu dengan kakak panitia hiking yang ternyata dia satu kerjaan dengan ku. Aku mengambil minum bersama dengan dia memang dia tidak mengenalku jadi dia tak menyapaku tapi aku tau kalo dia kakak panitia hiking, aku pun tak menyapanya.
Semenjak bertemu dengannya di tempat kerja aku jadi suka meliahatnya walau kadang kami sering berpapasan kami tak pernah saling tegur sapa. Ya itu karena kakak panitia tak mengenal ku, aku juga tak berani tuk manyapa nya.
Satu bulan, dua bulan, tiga bulan sampai 10 bulan aku hanya mengaguminya saja walau bertemu pun ak tak berani bertanya.
Hari itu ada perubahan posisi tempat kerja, walau aku tak di pindah tapi tak ku sangka tempat kerja kakak panitia jadi lebih dekat dengan ku. Setiap hari aku jadi bisa melihatnya entah sejak kapan aku jadi sering memperhatikan nya, dia paling sering memaki kaos warna putih, dan yang paling aku suka dia selalu sholat tepat waktu walau pekerjaan dia numpuk dia tak peduli jika sudah datang waktu sholat dia tak pernah menunda sholat.
Karena aku tak berani menyapanya aku meminta tolong kepada kak iyang, dia assisten di tempat aku kerja aku memang dekat denga ka iyang, dia sudah ku anggap seperti kakak ku sendiri.
“ka iyang boleh minta tolong ga?
“minta tolong apa?”
“ak mau nitip salam buat kakak yang di sana yang pake koas putih,” kata ku smabil menunjuk kakak panitia hiking.
“oh ke dia oke entar di sampein salamnya”
“tapi ka jangan bilang dari aku”
“kenapa? kata nya nitip salam”
“malu kak kan belum kenal”
Ke esokan harinya kak iyang mendekati ku
“Mil udah di sampaikan salamnya”
“Terus kata dia apa?
“Wa’alaikumsalam, dari siapa?” katanya
“Terus kakak jawab apa?
“Orang nya ga mau di sebuti nama nya”
“Terus dia bilanga apa lagi”
“Dia bilang “memang banyak sih yang nitip salam ke aku””
“Wah yang bener, kak iyang bohong yah”
“Gak ada untungnya kali kakak bohong, nama dia sandi orangnya kalem gak banyak ngomong terus dia rajin ibadah itu juga kata temen nya”
“Wah aku jadi tambah suka”
“Dasar kamu ini” kata Ka iyang sambil berlalu pergi
Hari sabtu aku bermain ke tempat Ka oci niat nya sih pengen silahturahmi sambil mau nanya-nanya, siapa tau kak oci kenal sama ka sandi dulu kan waktu hiking pernah jadi panitia bareng.
“Kak oci kenal sama ka sandi ga?” Tanya ku
“Kak sandi yang mana yah?” Jawab ka oci
“Kak sandi yang pernah ikut jadi panitia haking”
“Owh ka sandi itu kenal dulu malah penah kerja bareng, kenapa emang, ko tumben nanyain ka sandi”
“Kak sandi kan sekarang satu kerjaan sama aku”
“Berarti sekarang kerja bareng yah, nitip salam yah buat kak sandi”
“Iya kak besok di sampein salam nya”
Kami pun ngobrol-ngobrol lama sampai ga kerasa waktu sudah sore aku pun pamit pulang.
Hari senin pagi waktu aku masuk kerja aku sudah siapin beribu perkataan buat nyampein salam dari ka oci wah gimana nih, sampai siang aku pun belum berani menyampaikan nya akhir waktu istirahat dengan modal nekad aku branikan diri untuk menyapanya
“Kak sandi!” pangil ku
“Iya” jawab nya
“Kak ada salam dari ka oci” kata ku
“Wa’alaikumsalam, siapa yah?”
“Ada salam ka dari kak oci, kakak kenal ka oci kan?
“Iya kaka kenal sama kak oci tapi kamu siapa?
Saat ka sandi bertanya seperti itu muka ku memerah malu banget aku ga tau mau di umpetin kemana ini muka.
“Aku emil yang pernah ikut hiking dulu”
“Itu kan dah lama udah ada satu tahun yang lalu”
“Iya sih”
“Kamu juga kerja disini, udah berapa lama?
“Iya aku kerja disini, udah satu tahun setengah”
“Wah udah lama juga yah kakak baru satu tahun di sini”
“kirain dah lama kak, oh iya kak satu lagi,”
“apa?”
“ada salam dari aku” kataku menutup perbincanganku
“Wa’alaikumsalam” jawab ka sandi sambil terseyum
Malu banget tapi ada rasa senang juga bisa ngobrol sama ka sandi, jadi campur aduk rasanya.
Ke esokan harinya aku ketemu sama ka sandi masih aku malah salah tingkah aku tak berani menyapanya.
Saat makan siang pun aku bertemu dengan kak sandi tak kusangka kak sandi menyapaku
“hay” kata ka sandi
“hay juga” kata ku sambil berlalu pergi
Setiap kali aku bertemu kak sandi aku selalu gugup dan salah tingkah.
Aku pun minta pendapat sama kak iyang
“ka setiap kali aku bertemu ka sandi aku selalu gugup jadi salah tingkah”
“kamu gimana sih kata nya suka tapi ko malah kayak ketemu sama musuh ga mau nanya duluan”
“bingung kak setiap kali deket sama ka sandi, aku ga bisa ngomong apa-apa”
“kata pepatah tak kenal maka tak sayang, mau ngomong juga ga bisa gimana mau kenal, kalo ga kenal berarti ga jadi sayang dong”
“tapi aku masih tetep suka sama ka sandi”
“kalo suka langsung bilang aja, daripada menyiksa diri memperhatikan orang yang ga tau kalo kamu suka ma dia, mendingan langsung ngomong”
“masa cewe yang ngomong duluan ga berani ka”
“terserah kamu ajahlah” kata kak iyang sambil berlalu pergi
Dan pada akhirnya aku tak melakukan apa pun aku hanya bisa melihat dan memperhatikan nya dari jauh tanpa tau bagaimana perasaan dia terhadapku, aku hanya terdiam saat aku bertemu denganya, aku hanya bisa menyukainya tanpa tau dia suka padaku atau tidak. Aku hanya bisa mengidolakan dan mengaguminya dari jauh tanpa tau dia memperhatikan ku atau tidak.
“Buat kak sandi walau pun aku tak tau perasaanmu tapi aku sudah cukup senang bisa mengenal mu”
SEKIAN
Cerpen Karangan: Emila Rossy

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar