Pagi ini aku berangkat sekolah seperti biasa. Aku berangkat bersama temanku dan menaiki sebuah bus kota. Bus yang sudah terlihat tua dan kumuh itu mengantarkanku pergi sekolah. Bus berhenti di halte dekat sekolah, kuserahkan uang Rp 2000,00 ke kernet bus.
Aku membaca buku sambil berjalan di sepanjang trotoar menunju sekolah. Bukannya aku sok pintar tapi aku memang sangat tidak menyukai pelajaran kimia. Pelajaran yang sekeras apapun ku belajar tetap saja tidak pernah ku mengerti dan tak pernah masuk ke dalam otak ini. Makanya aku selalu usahakan untuk selalu belajar dan belajar dimanapun aku berada. Apalagi hari ini ada ulangan kimia, yang kalau nilainya di bawah rata-rata pasti akan remidi dan bukan hanya remidi tapi juga mendapat tugas untuk mempresentasikan materi ulangan itu.
Brukkkk…
Tak kusangka karena keasikan membaca buku aku sampai tidak memperhatikan jalan hingga aku menabrak seseorang.
Segera aku mengambil bukuku yang terjatuh dan kulihat orang yang kutabrak masih berada didepanku segera pula aku berdiri menundukkan kepala seraya berkata, “maaf, tolong maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja”
“tidak apa-apa, tapi lain kali kalau berjalan jangan sambil membaca buku! Bisa-bisa akan ada korban tabrakkanmu lagi” ucap orang itu dengan suara basnya
Pelan aku menegakkan kepalaku. Samar kulihat wajah lelaki yang mulai berlalu itu.
Deg!
Tiba-tiba jantungku berdetak sangat kencang saat lelaki itu persis berada di samping kananku. Kulihat lelaki itu terus berlalu meninggalkanku yang tengah berdiri kaku ini.
Tiiinnn…
Suara klakson mobilpun akhirnya menyadarkan lamunanku. Akupun kembali berjalan menuju pintu gerbang sekolah yang memang jaraknya sudah tidak jauh lagi.
Brukkkk…
Tak kusangka karena keasikan membaca buku aku sampai tidak memperhatikan jalan hingga aku menabrak seseorang.
Segera aku mengambil bukuku yang terjatuh dan kulihat orang yang kutabrak masih berada didepanku segera pula aku berdiri menundukkan kepala seraya berkata, “maaf, tolong maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja”
“tidak apa-apa, tapi lain kali kalau berjalan jangan sambil membaca buku! Bisa-bisa akan ada korban tabrakkanmu lagi” ucap orang itu dengan suara basnya
Pelan aku menegakkan kepalaku. Samar kulihat wajah lelaki yang mulai berlalu itu.
Deg!
Tiba-tiba jantungku berdetak sangat kencang saat lelaki itu persis berada di samping kananku. Kulihat lelaki itu terus berlalu meninggalkanku yang tengah berdiri kaku ini.
Tiiinnn…
Suara klakson mobilpun akhirnya menyadarkan lamunanku. Akupun kembali berjalan menuju pintu gerbang sekolah yang memang jaraknya sudah tidak jauh lagi.
Jam sekolah menunjukkan pukul 07.00 tanda waktu pelajaran dimulai. Semua murid berlarian memasuki kelas dan disusul seorang guru pengajar.
Dikelasku, pak Fajar (guru kimia) membagikan soal ulangan harian. Suasana langsung berubah menjadi senyap, tak ada seorangpun yang berani menampakkan suaranya karena hal itu dapat mengurangi nilainya.
“boleh memulai mengerjakan” perintah pak fajar
Semua siswa mulai membaca dan mengerjakan soal kimia yang berjumlah 5 butir soal itu. Walau hanya terdiri dari 5 butir soal tapi satu nomor terdapat 3-4 pertanyaan. Soal yang sangat membingungkan menurut sebagian orang termasuk aku. Berkali-kali aku memijat kepalaku yang mulai terasa pusing melihat soal itu.
Dikelasku, pak Fajar (guru kimia) membagikan soal ulangan harian. Suasana langsung berubah menjadi senyap, tak ada seorangpun yang berani menampakkan suaranya karena hal itu dapat mengurangi nilainya.
“boleh memulai mengerjakan” perintah pak fajar
Semua siswa mulai membaca dan mengerjakan soal kimia yang berjumlah 5 butir soal itu. Walau hanya terdiri dari 5 butir soal tapi satu nomor terdapat 3-4 pertanyaan. Soal yang sangat membingungkan menurut sebagian orang termasuk aku. Berkali-kali aku memijat kepalaku yang mulai terasa pusing melihat soal itu.
Saat aku mau mengerjakan soal tiba-tiba saja bayangan sesosok leleki berseragam SMA N 6 itu muncul di kepala ini. Aku malah jadi menerka-nerka siapa lelaki itu? Kelas berapa dia? Dan apakah aku bisa bertemu dengan si suara bas itu lagi?
“kurang dari sepuluh menit lagi” teriak pak fajar
“oh tidak! Bagimana ini?” teriakku lirih
Aku sangat kebingungan, dari kelima soal itu tak ada satupun nomor soal yang belum aku kerjakan. Aku melirik ke sebelah kanan dan juga kiriku, namun sial mataku tak begitu jelas melihatnya. Depanku? Hah, dia sudah tidak ada di tempat.
Akhirnya aku kerjakan sendiri soal-soal itu. Belum juga aku menempelkan ujung pulpenku ke atas kertas, bel pergantian pelajaran sudah berbunyi terlebih dahulu.
“ayu cepat kumpulkan!” perintah sang guru
Hah, bagimana ini? hah sudahlah biar ku isi mengarang saja yang penting ada coretan dalam kertas lembar jawab ini.
“heh! Kau!” panggil pak fajar pada seseorang
“heh! kau yang berada di belakang!” teriaknya lagi
Aku yang menyadari kalau akulah yang di panggil akhirnya menengok juga. Ku kitari mataku ke penjuru kelas dan tak ada satupun ku dapatkan temanku, yang di kelas tinggallah aku dan pak fajar.
“ayo kumpulkan waktunya sudah habis!” perintahnya
Dalam langkah ragu kuserahkan kertas itu padanya.
“kurang dari sepuluh menit lagi” teriak pak fajar
“oh tidak! Bagimana ini?” teriakku lirih
Aku sangat kebingungan, dari kelima soal itu tak ada satupun nomor soal yang belum aku kerjakan. Aku melirik ke sebelah kanan dan juga kiriku, namun sial mataku tak begitu jelas melihatnya. Depanku? Hah, dia sudah tidak ada di tempat.
Akhirnya aku kerjakan sendiri soal-soal itu. Belum juga aku menempelkan ujung pulpenku ke atas kertas, bel pergantian pelajaran sudah berbunyi terlebih dahulu.
“ayu cepat kumpulkan!” perintah sang guru
Hah, bagimana ini? hah sudahlah biar ku isi mengarang saja yang penting ada coretan dalam kertas lembar jawab ini.
“heh! Kau!” panggil pak fajar pada seseorang
“heh! kau yang berada di belakang!” teriaknya lagi
Aku yang menyadari kalau akulah yang di panggil akhirnya menengok juga. Ku kitari mataku ke penjuru kelas dan tak ada satupun ku dapatkan temanku, yang di kelas tinggallah aku dan pak fajar.
“ayo kumpulkan waktunya sudah habis!” perintahnya
Dalam langkah ragu kuserahkan kertas itu padanya.
Malam harinya, aku tiduran di atas rumput belakang rumah sambil menatap pemandangan di langit yang berkerlap-kerlip. Suasana yang cukup sunyi dan udara yang tidak terlalu dingin serta bunyi jangkrik inilah yang menemaniku. Rasanya sejuk hati ini menikmati malam bulan purnama. Aku tau ini tidaklah baik untuk kesehatan tapi inilah hal yang sangat aku sukai. Aku merasa terhibur dengan seperti ini. Masalahpun seakan tak ada namun pikiran tetaplah pikiran, sangat sulit menghilangkan sesuatu yang sekarang tengah memenuhi hati dan pikiranku.
“Lelaki berseragam putih abu-abu rapi dan suara basnya, siapa dia? Mengapa aku menjadi memikirkannya sejak pertemuan pertama kali tadi pagi? Gara-gara dia aku jadi tidak dapat mengerjakan soal ulangan kimia, gara-gara dia juga malam ini aku tidak bisa berkonsentrasi untuk belajar, gara-gara bertemu dia aku menjadi selalu terbayang olehnya dan tak ada hentinya aku memikirkannya. Hah, mengapa dia bisa masuk kedalam pikiran ini, haahhh pergilah kau!” teriakku
Ku dengar sebuah langkah kaki mendekatiku, “sudah malam, masuklah nanti kau masuk angin!” pinta orang itu yang tak lain adalah ibuku.
“baik bu” jawabku
Aku bangun dan merangkul ibuku masuk ke dalam rumah. Ibu yang sangat perhatian pada anak semata wayangnya ini.
“Lelaki berseragam putih abu-abu rapi dan suara basnya, siapa dia? Mengapa aku menjadi memikirkannya sejak pertemuan pertama kali tadi pagi? Gara-gara dia aku jadi tidak dapat mengerjakan soal ulangan kimia, gara-gara dia juga malam ini aku tidak bisa berkonsentrasi untuk belajar, gara-gara bertemu dia aku menjadi selalu terbayang olehnya dan tak ada hentinya aku memikirkannya. Hah, mengapa dia bisa masuk kedalam pikiran ini, haahhh pergilah kau!” teriakku
Ku dengar sebuah langkah kaki mendekatiku, “sudah malam, masuklah nanti kau masuk angin!” pinta orang itu yang tak lain adalah ibuku.
“baik bu” jawabku
Aku bangun dan merangkul ibuku masuk ke dalam rumah. Ibu yang sangat perhatian pada anak semata wayangnya ini.
—
Seperti biasanya aku berangkat sekolah naik bus kota dan berjalan di trotoar. Tapi, kali ini aku tak membaca buku ya karena tidak ada pelajaran kimia juga karena aku masih memikirkan lelaki itu. “hah, apa ku bilang memikirkan lelaki itu? Tidak itu tidaklah benar. Sebenarnya aku tidak mau memikirkannya tapi pikiran ini sudah terisi olehnya hingga ku tak bisa berhenti memikirkannya. Aku sendiri bingung mengapa aku bisa memikirkannya padahal aku tidak mengenalnya sama sekali”
Brukkk…
“eh maaf-maaf aku tidak sengaja” ucapku
Lagi-lagi aku menabrak orang dan karena aku menabrak orang tersebut aku menjadi tersadar dari lamunanku.
“kau ini berjalan kalau tidak sambil baca buku juga melamun” ucapnya sedikit bernada kesal
Suara ini?
Aku segera menolehnya, “kau?” tanyaku terkejut
“hah, maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja” ucapku kemudian
Lelaki itu menatapku,
Deg!
Lagi-lagi jantungku berdetak lebih kencang sama persis seperti perasaan kemarin. Saat dia berlalu tepat disamping kananku.
“… mengerti!” serunya
Hah dia bicara apa? mengapa aku hanya mendengar kata terakhirnya? (batinku)
“emh.. iya mengerti!” balasku sedikit ragu
Lelaki itu berjalan kembali, dia pun kembali melewati sebelah kananku.
Deg!
Jantungku terus dan terus memompa dengan kencangnya. “ada apa ini denganku?”
Aku menyadarkan diriku dan melanjutkan jalan. Lelaki itu dan lelaki itu yang terus mengikuti langkah ini. Hal ini adalah hal pertama kaliku rasakan. Aku tak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Sesuatu yang sangat membuatku selalu memikirkannya dan melupakan segalanya, selain dia.
Brukkk…
“eh maaf-maaf aku tidak sengaja” ucapku
Lagi-lagi aku menabrak orang dan karena aku menabrak orang tersebut aku menjadi tersadar dari lamunanku.
“kau ini berjalan kalau tidak sambil baca buku juga melamun” ucapnya sedikit bernada kesal
Suara ini?
Aku segera menolehnya, “kau?” tanyaku terkejut
“hah, maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja” ucapku kemudian
Lelaki itu menatapku,
Deg!
Lagi-lagi jantungku berdetak lebih kencang sama persis seperti perasaan kemarin. Saat dia berlalu tepat disamping kananku.
“… mengerti!” serunya
Hah dia bicara apa? mengapa aku hanya mendengar kata terakhirnya? (batinku)
“emh.. iya mengerti!” balasku sedikit ragu
Lelaki itu berjalan kembali, dia pun kembali melewati sebelah kananku.
Deg!
Jantungku terus dan terus memompa dengan kencangnya. “ada apa ini denganku?”
Aku menyadarkan diriku dan melanjutkan jalan. Lelaki itu dan lelaki itu yang terus mengikuti langkah ini. Hal ini adalah hal pertama kaliku rasakan. Aku tak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Sesuatu yang sangat membuatku selalu memikirkannya dan melupakan segalanya, selain dia.
—
Malam ini bintangpun belum berubah posisi masih sama seperti kemarin. Suara jangkrikpun masih jelas terdengar, namun udara malam ini begitu terasa sangat dingin sampai menusuk tulang rusukku.
Dinginnya udara malam ini membuatku hanya bisa bersembunyi dibalik selimut. Dengan sejuta rasa dan pikiran yang masih terkenang menyulitkan mataku agar mau menutup. Ku teringat akan percakapan tadi siang saat istirahat di sekolah.
Dinginnya udara malam ini membuatku hanya bisa bersembunyi dibalik selimut. Dengan sejuta rasa dan pikiran yang masih terkenang menyulitkan mataku agar mau menutup. Ku teringat akan percakapan tadi siang saat istirahat di sekolah.
(flashback)
“hey kau kenapa dari tadi diam saja?” tanya Vanny, teman terdekatku bisa di bilang sahabat karib.
“aku… aku lagi bingung Van” jawabku
“bingung kenapa?”
“jadi begini, kemarin aku bertemu dengan seorang lelaki dan semenjak pertemuan itu aku menjadi selalu memikirkannya sampai sekarang. Aku juga tak mengerti mengapa aku bisa memikirkannya padahal aku sama sekali tak mengenalnya dan pertemuan itu adalah pertemuan pertama kaliku” jelasku
“kamu bertemu dengan seorang lelaki dan sekarang kamu memikirkannya?” tanyanya terkejut
Aku hanya mengangguk
“Bagaimana perasaanmu saat bertemu dengannya?” tanya Vanny
“Aku merasa jantung ini berdebar amatlah kencang” ceritaku
“wah, jangan-jangan kau sedang…”
“sedang apa?” tayaku memenggal perkataannya
“kau sedang jatuh cinta” ucapnya
“jatuh cinta?” tanyaku bingung
“iya jatuh cinta, kebanyakkan orang kalau jatuh cinta sering mengalami seperti itu. Aku juga seperti itu saat aku pertama mengenal Dewa” jelasnya
“Jatuh cinta? Hah, yang benar saja aku jatuh cinta orang aku saja tak mengenalnya dan aku bertemu dengannya masih dua kali ini” bantahku
“Jatuh cinta itu menurut orang ada yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama dan mungkin kamu salah satunya” jelasnya
(flashback end)
“hey kau kenapa dari tadi diam saja?” tanya Vanny, teman terdekatku bisa di bilang sahabat karib.
“aku… aku lagi bingung Van” jawabku
“bingung kenapa?”
“jadi begini, kemarin aku bertemu dengan seorang lelaki dan semenjak pertemuan itu aku menjadi selalu memikirkannya sampai sekarang. Aku juga tak mengerti mengapa aku bisa memikirkannya padahal aku sama sekali tak mengenalnya dan pertemuan itu adalah pertemuan pertama kaliku” jelasku
“kamu bertemu dengan seorang lelaki dan sekarang kamu memikirkannya?” tanyanya terkejut
Aku hanya mengangguk
“Bagaimana perasaanmu saat bertemu dengannya?” tanya Vanny
“Aku merasa jantung ini berdebar amatlah kencang” ceritaku
“wah, jangan-jangan kau sedang…”
“sedang apa?” tayaku memenggal perkataannya
“kau sedang jatuh cinta” ucapnya
“jatuh cinta?” tanyaku bingung
“iya jatuh cinta, kebanyakkan orang kalau jatuh cinta sering mengalami seperti itu. Aku juga seperti itu saat aku pertama mengenal Dewa” jelasnya
“Jatuh cinta? Hah, yang benar saja aku jatuh cinta orang aku saja tak mengenalnya dan aku bertemu dengannya masih dua kali ini” bantahku
“Jatuh cinta itu menurut orang ada yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama dan mungkin kamu salah satunya” jelasnya
(flashback end)
Apa benar aku sedang jatuh cinta? Jatuh cinta pada pandangan pertama ah bukan pandangan pertama tapi pertemuan pertama. Apakah cinta seperti itu? Cepat sekali tumbuh? Kapan cinta datang? Kenapa tak memberitahuku? Hah, jantungku.. mengapa seperti itu? Pikranku juga kenapa penuh tentangnya? Hah… aku benar-benar tak mengerti semua ini. Cinta apa itu cinta?
Esok harinya, kembali aku berjalan di trotoar dan mencarinya, lelaki yang tak ku kenal namun selalu kupikirkan. Dari kejauhan aku melihat sesosok lelaki berseragam itu. Dekat, dekat dan semakin dekat. Satu, dua, tiga… yakk pas aku berpapasan dengannya.
Deg!
Aku melihat sebuah senyum manis menyapaku. Tanpa menunggu perintah bibir ini telah membuat lengkungan sendiri.
Hanya senyuman manis yang ia berikan untukku pagi ini dan itu sudah membuatku merasa sangat bahagia. Berjuta bunga telah bertaburan di dalam hati ini. Secara refleks perasaan ini jauh merasa lebih baik dari sebelumnya dan sebuah semangat hidup pun tumbuh dalam jiwa ini.
“Perasaan apa ini? Sepertinya baru pertama kalinya ku merasakannya? Apa benar ini perasaan cinta?” gumanku
Beberapa hari ini cerita hidupku bertemakan suka dan aku selalu berharap tema suka itu yang selalu menyertaiku. Kebahagiaan dan kebahagiaan yang aku rasakan. Semangat dan semangat hidup menyelimutiku.
“oh Tuhan, terimakasih untuk semua jalan cerita yang kau beri untukku ini”
Esok harinya, kembali aku berjalan di trotoar dan mencarinya, lelaki yang tak ku kenal namun selalu kupikirkan. Dari kejauhan aku melihat sesosok lelaki berseragam itu. Dekat, dekat dan semakin dekat. Satu, dua, tiga… yakk pas aku berpapasan dengannya.
Deg!
Aku melihat sebuah senyum manis menyapaku. Tanpa menunggu perintah bibir ini telah membuat lengkungan sendiri.
Hanya senyuman manis yang ia berikan untukku pagi ini dan itu sudah membuatku merasa sangat bahagia. Berjuta bunga telah bertaburan di dalam hati ini. Secara refleks perasaan ini jauh merasa lebih baik dari sebelumnya dan sebuah semangat hidup pun tumbuh dalam jiwa ini.
“Perasaan apa ini? Sepertinya baru pertama kalinya ku merasakannya? Apa benar ini perasaan cinta?” gumanku
Beberapa hari ini cerita hidupku bertemakan suka dan aku selalu berharap tema suka itu yang selalu menyertaiku. Kebahagiaan dan kebahagiaan yang aku rasakan. Semangat dan semangat hidup menyelimutiku.
“oh Tuhan, terimakasih untuk semua jalan cerita yang kau beri untukku ini”
Pertemuan pertama, kedua dan ketiga telah berlalu hingga menuju ke pertemuan keempat dan kelima aku masih melihat senyum manisnya.
Kini pertemuan keenam, dihari sabtu ini aku berharap dia berhenti melangkah dan mengajakku berkenalan. Aku ingin bisa mengenalnya dan tidak hanya menyapa tanpa tau siapa namanya. Bukankah pepatah mengatakan ‘tak kenal maka tak sayang’.
Aku melangkah kecil penuh pengharapan. Bayangan itu… dia tiba. Tingkahku? Mengapa jadi seperti ini? Oh tidak, aku harus bersikap biasa dan tenang jangan sampai dia menjadi risih karena tingkah anehku.
Kami kembali berseberangan, dan dia menghentikan langkahnya. Apakah dugaanku benar?
“kau!” sapanya,
Aku berhenti melangkah, “aku?” tanyaku ragu dan malu
“iya kau, lihatlah tali sepatumu lepas!” ucapnya
“oh eh, iya” ucapku
Aku melihat sepatuku dan memang benar tali sepatuku lepas. Kulihat dia mulai melangkah lagi.
“eh, tunggu!” cegahku
Langkahnya terhenti, dia tak menoleh.
“em, terimakasih, eee?” tanyaku sedikit ragu
“Habibi” balasnya dan melangkah kembali
“oh, habibi terimakasih” teriakku
Habibi? Namanya habibi? Dalam bahasa arab habibi berarti manusia yang dicintai, apa benar bahwa dia adalah manusia yang diciptakan Allah untukku, untuk ku cintai?
Aku melangkah kecil penuh pengharapan. Bayangan itu… dia tiba. Tingkahku? Mengapa jadi seperti ini? Oh tidak, aku harus bersikap biasa dan tenang jangan sampai dia menjadi risih karena tingkah anehku.
Kami kembali berseberangan, dan dia menghentikan langkahnya. Apakah dugaanku benar?
“kau!” sapanya,
Aku berhenti melangkah, “aku?” tanyaku ragu dan malu
“iya kau, lihatlah tali sepatumu lepas!” ucapnya
“oh eh, iya” ucapku
Aku melihat sepatuku dan memang benar tali sepatuku lepas. Kulihat dia mulai melangkah lagi.
“eh, tunggu!” cegahku
Langkahnya terhenti, dia tak menoleh.
“em, terimakasih, eee?” tanyaku sedikit ragu
“Habibi” balasnya dan melangkah kembali
“oh, habibi terimakasih” teriakku
Habibi? Namanya habibi? Dalam bahasa arab habibi berarti manusia yang dicintai, apa benar bahwa dia adalah manusia yang diciptakan Allah untukku, untuk ku cintai?
Pertemuan keenam sudah terlewatkan dan kini hari senin pertemuan ketujuh. Kalau hari ini bertemu berarti seminggu sudah aku mengenalnya.
Seperti biasanya, aku menapakkan kaki di trotoar, trotoar yang ku sebut sebagai trotoar cinta hehe :b
Ku tunggu habibiku melewatiku. Namum seperti ada yang beda dengan hari ini sudah sepuluh menit aku menunggu dia tak kunjung nongol padahal beberapa menit lagi bel tanda masuk pelajaran akan dimulai dan dia belum juga datang. Hah, bagaimana ini? Apa aku harus meninggalkannya?
Seperti biasanya, aku menapakkan kaki di trotoar, trotoar yang ku sebut sebagai trotoar cinta hehe :b
Ku tunggu habibiku melewatiku. Namum seperti ada yang beda dengan hari ini sudah sepuluh menit aku menunggu dia tak kunjung nongol padahal beberapa menit lagi bel tanda masuk pelajaran akan dimulai dan dia belum juga datang. Hah, bagaimana ini? Apa aku harus meninggalkannya?
Bel sekolah berbunyi…
Aku langsung berlari meninggalkan tempatku menunggu habibi.
“Ada apa dengan dia? Mengapa dia tidak kelihatan? Ya Allah, lindungilah dia” pikirku penuh gelisah.
Aku langsung berlari meninggalkan tempatku menunggu habibi.
“Ada apa dengan dia? Mengapa dia tidak kelihatan? Ya Allah, lindungilah dia” pikirku penuh gelisah.
Hari itu aku benar-benar merasa sangat khawatir, cemas dan gelisah memikirkan Habibi yang tak terlihat dihari itu. Pemandangan di langit pun tak bisa menyejukkan hatiku yang tengah gundah. Ada apa dengan dia?
Hari selasa, pertemuan ketujuh yang tertunda. Aku sangat berharap pertemuan kali ini bisa terlaksana. Namun, limabelas menit sudah ku berdiri ditrotoar ini. Menunggunya, perasaan gundah menyerbuku. Berbagai pertanyaan terlintas dipikiran ini. “mengapa dia tak kunjung terlihat? dimana dia? Apa yang sedang terjadi padanya?”
Sejak hari itu? hari sabtu pertemuan keenam adalah hari pertamaku mengenal namanya dan hari terakhir aku melihatnya.
Hari selasa, pertemuan ketujuh yang tertunda. Aku sangat berharap pertemuan kali ini bisa terlaksana. Namun, limabelas menit sudah ku berdiri ditrotoar ini. Menunggunya, perasaan gundah menyerbuku. Berbagai pertanyaan terlintas dipikiran ini. “mengapa dia tak kunjung terlihat? dimana dia? Apa yang sedang terjadi padanya?”
Sejak hari itu? hari sabtu pertemuan keenam adalah hari pertamaku mengenal namanya dan hari terakhir aku melihatnya.
Hari terus berjalan, waktu dan bumi terus berputar. Dia datang dan pergi secepat kilat. Dia datang dan masuk kedalam hati ini tanpa permisi. Sekarang, dia pergi menghilang bergitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun yang bisa menenangkan hati ini. Mengapa dia seperti itu? Bagai maling yang meninggalkan kedukaan bagi si tuan rumah.
Kalau sudah begini, apa masih perasaan ini disebut dengan perasaan jatuh cinta? Apa itu cinta? Perasaan yang datang secepat kilat dan pergi bagai waktu yang tak berputar-putar.
Kalau sudah begini, apa masih perasaan ini disebut dengan perasaan jatuh cinta? Apa itu cinta? Perasaan yang datang secepat kilat dan pergi bagai waktu yang tak berputar-putar.
Allah, memang Maha Kuasa, pandai membolak-balikkan perasaan ciptaannya. Aku bersyukur pada-Nya karena telah diberi kesempatan untuk merasaan perasaan jatuh cinta dan perasaan sakit hati karena cinta. Dari pengalaman itu aku akan lebih bisa mengerti dan menjaga perasaan ini. Aku juga akan melupakannya, ada orang berkata “untuk apa memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan diri kita”. Perkataan itu mungkin benar karena sama saja kita melakukan suatu hal yang tidak berguna, hal yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Toh, jodoh kan sudah ada yang mengaturnya jadi tak usah kita bersusah payah mencarinya karena bila waktunya sudah tiba maka jodoh itu akan dekat pada kita. Aku tak melupakannya, aku akan mengenangnya. CINTA SEKEJAP MATA.
Cerpen Karangan: Ririh Rakati Rigarimas
0 komentar:
Posting Komentar