Lembayung sore yang indah membuat bumi seakan bewarna jingga, suara burung seakan menambah keindahannya. Saat itu aku berumur tujuh tahun di sebuah danau dekat rumahku. aku berdiri tepat di pinggir danau melihat pemandangan dimana pohon pohon besar berdiri dengan gagahnya, burung burung berkicau dengan bahagia dan ikan ikan bermain dengan senangnya dan bunga bunga lotus tampak indah menghiasi danau, aku duduk di antara kebahagian alam melamun sambil memperhatikan sekeliling. dari kejauhan tampak seorang gadis kecil yang seumuran denganku sedang menatap danau. aku berdiri dengan perlahan dan coba mendekatinya dia tersenyum saat melihatku dia seperti malaikat kecil, hati ku berdebar saat melihatnya seakan akan terjadi sesuatu di dalam hatiku tapi aku tidak tahu apa itu, saat itu aku belum mengenal yang namanya cinta.
“kamu lihat apa?” tanyaku dengan gugup.
“bunga itu” dia menunjukan jarinya pada bunga lotus yang ada di danau.
“kamu suka bunga itu?”
“iya” dia tersenyum menatapku sebentar lalu kembali memperhatikan bunga lotus itu.
“kamu lihat apa?” tanyaku dengan gugup.
“bunga itu” dia menunjukan jarinya pada bunga lotus yang ada di danau.
“kamu suka bunga itu?”
“iya” dia tersenyum menatapku sebentar lalu kembali memperhatikan bunga lotus itu.
Aku berjalan mendekati air danau menjulurkan tanganku mengambil satu bunga lotus, dia hanya diam sambil memperhatikanku menggapai kesusahan menggambil bunga itu.
“ini buat kamu” aku tersenyum memberikan bunga itu, tapi mimik wajah gadis itu seperti menunjukan sesuatu yang lain.
“kenapa kamu mengambilnya?” nada gadis itu sedikit berbeda.
“karena kamu suka bunga ini” wajahku meredup menjawab pertanyaannya.
“aku suka melihat bunga itu ada di sana di tempatnya bersama tema-temanya, tapi sekarang kamu malah merusaknya” gadis itu marah menatapku dengan tatapan benci.
Aku hanya tertunduk melihat gadis itu marah aku ingin mengatakan maaf tapi gadis itu pergi begitu saja meninggalkanku dangan bunga yang kupegang. aku pulang dangan rasa bersalah, aku hanya ingin memberinya bunga ini berharap dia senang tapi aku malah membuatnya marah bahkan aku pun belum tahu siapa namanya.
kusimpan bungan itu dalam kaleng bersama mainan-mainanku yang rusak, aku tidak ingin melihat bunga itu lagi, karena dengan melihatnya membuat rasa bersalahku semakin besar, aku benci dengan bunga itu.
“ini buat kamu” aku tersenyum memberikan bunga itu, tapi mimik wajah gadis itu seperti menunjukan sesuatu yang lain.
“kenapa kamu mengambilnya?” nada gadis itu sedikit berbeda.
“karena kamu suka bunga ini” wajahku meredup menjawab pertanyaannya.
“aku suka melihat bunga itu ada di sana di tempatnya bersama tema-temanya, tapi sekarang kamu malah merusaknya” gadis itu marah menatapku dengan tatapan benci.
Aku hanya tertunduk melihat gadis itu marah aku ingin mengatakan maaf tapi gadis itu pergi begitu saja meninggalkanku dangan bunga yang kupegang. aku pulang dangan rasa bersalah, aku hanya ingin memberinya bunga ini berharap dia senang tapi aku malah membuatnya marah bahkan aku pun belum tahu siapa namanya.
kusimpan bungan itu dalam kaleng bersama mainan-mainanku yang rusak, aku tidak ingin melihat bunga itu lagi, karena dengan melihatnya membuat rasa bersalahku semakin besar, aku benci dengan bunga itu.
Sejak saat itu hingga sekarang aku masuk smp, aku masih benci dengan bunga lotus entah kenapa mungkin karena saat itu aku mencintai gadis itu, sampai saat ini aku tidak pernah bertemu dengan gadis bunga lotus itu entah bagaimana kabarnya dan sedang apa dia sekarang yang jelas dia cinta pertamaku, dan bunga lotus itu masih tersimpan dalam kaleng hingga saat ini.
Ini hari pertamaku masuk smp, hari pertama mengenal teman-teman baru setelah menyelesaikan sekolah dasar, orang tuaku memasukanku di smp swasta yang cukup terkenal di kota ini. aku bersiap untuk berangkat sambil mengencangkan tali sepatuku.
Di sekolah aku bertemu dengan berbagai macam orang, aku bisa merasakan kebahagian mereka, karena diriku pun sama bahagianya seperti mereka, aku bahagia karena aku telah naik satu tingkat aku bahagia karena aku sudah bukan anak-anak lagi yang memakai seragam putih merah. aku berjalan mengelilingi sekolah dengan sesekali melihat ruangan-ruangan yang ada, aku berjalan menuju aula yang terletak di depan ruang guru, belum sempat sampai di aula langkahku terhenti karena bertabrakan dengan seorang gadis, hatiku berdebar saat melihatnya, seorang gadis berwajah cantik berhidung mancung entah kapan sepertnya aku pernah bertemu dengannya tapi dimana entahlah, kubuang jauh jauh pikiran itu.
“eh sory…” ujar ku dengan sangat menyesal telah menabraknya.
“gue yang sory ga merhatiin jalan” dia hanya tersenyum sambil menatapku.
Hatiku maasih berdebar, seperti ada bom yang ditaman dalam jantungku, bahkan saat dia pergi meninggalkanku sendiri di aula, lamunanku seolah-olah bermain dalam pikiran ku entah apa yang terjadi dalam diriku saat ini yang jelas saat ini aku jadi bersemangat untuk sekolah.
“eh sory…” ujar ku dengan sangat menyesal telah menabraknya.
“gue yang sory ga merhatiin jalan” dia hanya tersenyum sambil menatapku.
Hatiku maasih berdebar, seperti ada bom yang ditaman dalam jantungku, bahkan saat dia pergi meninggalkanku sendiri di aula, lamunanku seolah-olah bermain dalam pikiran ku entah apa yang terjadi dalam diriku saat ini yang jelas saat ini aku jadi bersemangat untuk sekolah.
Sekolah telah berjalan tiga pekan lamanya tugas demi tugas datang silih berganti, tidak pernah satu tugas pun yang kulewatkan hampir setiap tugas kuselesaikan dengan baik, pagi saat tugas itu diberikan oleh guru malam harinya langsung kukerjakan begitu seterusnya, dan gadis yang kutabrak di aula hampir setiap hari aku melihatnya, terkadang kami saling senyum saat berpapasan dan hatiku masih tetap berdebar saat melihatnya.
Jam menunjukan pukul 14:00 bell pulang sekolah pun terlah di bunyikan, semua murid mulai memasukan buku-buku yang tergeletak di mejanya masing masing begitu juga aku, semua murid nampak begitu semangat saat pulang sekolah. hari ini aku pulang agak terlambat, aku harus mencari bunga untuk tugas biologiku.
Aku tau harus kemana untuk mencari bunga?, pikiranku tertuju pada satu tempat. sudah lama juga aku tidak ke tempat itu, tanpa berlama-lama aku langsung menuju tempat tujuanku, danau dekat rumah sudah lama aku tidak mengunjungi tempat ini mungkin terakhir kali aku mengunjungi tempat ini saat umurku tujuh tahun saat dimana aku sangat merasa bersalah telah membuat seorang gadis marah.
Sejenak ku tatap sekelililing danau tidak ada yang berubah saat terakhir kali aku kesini, pohon pohon masih nampak terlihat gagah, dan burung burung masih nampak berkicau dengan bahagia, begitu pun ikan masih nampak senang bermain dengan teman temanya dan bunga itu masih nampak indah.
Tidak banyak bunga yang terdapat di danau ini hanya bunga bunga tulip, kembang sepatu, dan bunga lotus, aku tidak berminat untuk memilih bunga lotus entah kenapa melihatnya pun aku malas, mungkin karena kejadian beberapa tahun silam aku jadi tidak menyukai bunga itu. nampak dari kejauhan seorang gadis yang sedang berdiri di samping danau, “sepertinya aku mengenali gadis itu” aku berjalan perlahan memastikan apakah aku mengenalinya, baru setengah jalan aku mendeketinya gadis itu menoleh ke arahku sambil tersenyum.
“kamu? sedang apa disini?” aku terkejut melihat gadis itu yang tidak lain adalah gadis yang kutabrak di aula waktu itu, jantungku berdetak dua kali lipat lebih kencang dari sebelumnya.
“kamu sendiri sedang apa disini?” gadis itu tersenyum melihat ku kebingungan.
“aku sedang mencari bunga untuk tugas biologi ku” jawabku gugup.
“oya cari bunga apa?” ia mengernyitkan wajahnya sambil menatapku
“belum terpikirkan” jawab ku singkat “kamu sedang apa disini? tambahku.
“setiap sore aku kesini melihat bunga bunga itu” dia menunjukan jarinya ke arah bunga lotus itu.
“aku tidak menyukai bunga itu” jawabku ketus.
Dia hanya mengerenyit kan wajahnya heran melihatku.
“oya kita sering bertemu di sekolah tapi aku tidak pernah tau namamu” aku mencoba mengalihkan tatapan heranya dengan bertanya.
“namaku kinara, nama mu?” dia tersenyum melihatku membuat jantung seakan berhenti. melihat senyumanya seakan melontarkanku pada masa lalu di mana seorang gadis meninggalkanku dengan memegang bunga lotus, mungkinkah gadis ini? Aku segera membuang jauh jauh pikiran itu.
“nama ku keenan” ujar ku membuyarkan lamunan.
“kau sudah menemukan bunga yang kau cari?” ungkapnya dengan nada menyelidik.
“belum tidak ada bunga yang cocok disini” tukasku.
“kau bisa memilih bunga lotus itu” jawab dia tanpa memalingkan wajahnya dari bunga lotus itu.
“aku tidak suka bunga itu” jawabku sinis.
“kenapa? ada yang salah dengan bunga itu?” kali ini dia antusias dengan jawabanku.
“tidak apa apa” jawabku masih sinis.
“aku suka dengan bunga lotus itu, bunga itu bisa tumbuh di air kotor sekalipun bahkan bisa membuat air kotor menjadi jernih” jawabnya tanpa menoleh ke arahku.
“aku membenci bunga itu, kami sudah lama bermusuhan” jawab ku dengan nada sinis. sebegitu ajaibkah bunga itu, tapi sayang aku terlanjur membencinya.
“kamu? sedang apa disini?” aku terkejut melihat gadis itu yang tidak lain adalah gadis yang kutabrak di aula waktu itu, jantungku berdetak dua kali lipat lebih kencang dari sebelumnya.
“kamu sendiri sedang apa disini?” gadis itu tersenyum melihat ku kebingungan.
“aku sedang mencari bunga untuk tugas biologi ku” jawabku gugup.
“oya cari bunga apa?” ia mengernyitkan wajahnya sambil menatapku
“belum terpikirkan” jawab ku singkat “kamu sedang apa disini? tambahku.
“setiap sore aku kesini melihat bunga bunga itu” dia menunjukan jarinya ke arah bunga lotus itu.
“aku tidak menyukai bunga itu” jawabku ketus.
Dia hanya mengerenyit kan wajahnya heran melihatku.
“oya kita sering bertemu di sekolah tapi aku tidak pernah tau namamu” aku mencoba mengalihkan tatapan heranya dengan bertanya.
“namaku kinara, nama mu?” dia tersenyum melihatku membuat jantung seakan berhenti. melihat senyumanya seakan melontarkanku pada masa lalu di mana seorang gadis meninggalkanku dengan memegang bunga lotus, mungkinkah gadis ini? Aku segera membuang jauh jauh pikiran itu.
“nama ku keenan” ujar ku membuyarkan lamunan.
“kau sudah menemukan bunga yang kau cari?” ungkapnya dengan nada menyelidik.
“belum tidak ada bunga yang cocok disini” tukasku.
“kau bisa memilih bunga lotus itu” jawab dia tanpa memalingkan wajahnya dari bunga lotus itu.
“aku tidak suka bunga itu” jawabku sinis.
“kenapa? ada yang salah dengan bunga itu?” kali ini dia antusias dengan jawabanku.
“tidak apa apa” jawabku masih sinis.
“aku suka dengan bunga lotus itu, bunga itu bisa tumbuh di air kotor sekalipun bahkan bisa membuat air kotor menjadi jernih” jawabnya tanpa menoleh ke arahku.
“aku membenci bunga itu, kami sudah lama bermusuhan” jawab ku dengan nada sinis. sebegitu ajaibkah bunga itu, tapi sayang aku terlanjur membencinya.
Gadis ini mengingatkan ku pada gadis bunga lotus itu, sekaligus mengingatkan pada kejadian yang tidak ingin ku ingat ingat kembali, mungkin sekarang bunga lotus yang kusimpan dalam kaleng bersama mainan-mainan ku itu sudah mengering dan tidak karuan bentuk nya.
“kenapa kau membencinya?” jawabnya dengan tampang prihatin.
“saat aku berumur tujuh tahun aku suka ke danau ini, aku suka melihat pemandang danau ini dan dulu aku suka dengan bunga itu sama sepertimu, tapi itu dulu” jawabku lalu duduk di pinggir danau itu tanpa mengubah komitmenku, dia mengikutiku duduk.
“lalu mengapa kau membencinya?” dia bertanya tanpa memalingkan wajahnya dari bunga lotus yang ada di depan kami.
“aku membencinya karena dia telah membuatku menyakiti seorang gadis, gadis itu menyukai bunga itu sama seperti kau, aku mengambil satu bunga itu dan hendak memberikanya tapi dia malah marah dan pergi meninggalkanku, sampai saat ini masih ku simpan bunga lotus itu mungkin sekarang sudah mengering dalam kaleng” ceritaku. Dia hanya termenung berkaca kaca melihat ku “mungkin dia adalah cinta pertamaku dan aku belum sempat meminta maaf padanya bahkan belum tahu namnya, itu sebabnya aku membenci bunga itu” tambahku sambil menghela nafas dan menatap bunga itu dalam dalam.
“kenapa kau membencinya?” jawabnya dengan tampang prihatin.
“saat aku berumur tujuh tahun aku suka ke danau ini, aku suka melihat pemandang danau ini dan dulu aku suka dengan bunga itu sama sepertimu, tapi itu dulu” jawabku lalu duduk di pinggir danau itu tanpa mengubah komitmenku, dia mengikutiku duduk.
“lalu mengapa kau membencinya?” dia bertanya tanpa memalingkan wajahnya dari bunga lotus yang ada di depan kami.
“aku membencinya karena dia telah membuatku menyakiti seorang gadis, gadis itu menyukai bunga itu sama seperti kau, aku mengambil satu bunga itu dan hendak memberikanya tapi dia malah marah dan pergi meninggalkanku, sampai saat ini masih ku simpan bunga lotus itu mungkin sekarang sudah mengering dalam kaleng” ceritaku. Dia hanya termenung berkaca kaca melihat ku “mungkin dia adalah cinta pertamaku dan aku belum sempat meminta maaf padanya bahkan belum tahu namnya, itu sebabnya aku membenci bunga itu” tambahku sambil menghela nafas dan menatap bunga itu dalam dalam.
Air mata kinara pun merebak dan bergulir di pipinya, pelupuk matanya tidak lagi mampu membendung air yang terus keluar. sambil terisak-isak gadis itu berkata “maafkan aku telah marah padamu dulu, maaf kan aku tidak menerima bunga itu, setiap hari aku ke danau ini berharap bertemu denganmu untuk meminta maaf tapi kau tidak pernah datang” aku termenung menatapnya dengan mata berkaca-kaca hatiku pilu mendengarnya.
“ternyata kau gadis bunga lotus itu, maafkan aku telah merusak bunga itu, aku hanya ingin memberimu bunga itu” pelupuk mataku pun tidak sanggup menahan air yang keluar terus menerus tangisku pun pecah.
“ternyata kau gadis bunga lotus itu, maafkan aku telah merusak bunga itu, aku hanya ingin memberimu bunga itu” pelupuk mataku pun tidak sanggup menahan air yang keluar terus menerus tangisku pun pecah.
Sejak kejadian itu aku tidak lagi membenci bunga lotus, aku berterimaksih banyak pada bunga itu karena dia, aku menemukan gadis yang selama ini aku cari, kami menjalin hubangan sejak saat itu hingga sekarang kami telah mempunyai dua anak dan hidup bahagia bagai bunga lotus.
Cerpen Karangan: Raden Denis Indrawan
0 komentar:
Posting Komentar