Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Cerpen - Pangeranku Tanpa Sayap


Angin bertiup kencang. Langit kelabu. Daun-daun gugur berhamburan. Pohon-pohon bambu bergoyang. Ada suara seperti memanggil-manggil dari jauh. Tak lama kemudian hilang ditelan angin. Lalu guntur di langit seketika bergemuruh. Terkadang aku memberanikan diri untuk menoleh ke belakang namun tak terlihat apa-apa, hanya dedaunan yang berhamburan di terpa angin. Hujan tiba-tiba turun menerpa diriku. gerimis, kemudian hujan lebat. Langit seperti menangis, beberapa saat kemudian terdengar lagi suara itu.
Dalam hati aku berkata “Siapa yang mengikutiku?” lalu ku hela napas panjang dan kemudian memulai untuk menenangkan diriku, “mungkin ini hanya perasaanku saja.”
Setibaku di rumah, ku rogoh saku celanaku mencari kunci kamarku. Sebelum pintu kamar ku sempat terbuka, teman yang kebetulan lewat menegurku
“Hei, kamu baru pulang?, terus yang di dalam siapa?”
Tiba-tiba aku terkejut, jantungku berdetak kencang. Siapa di dalam? Bagaimana dia bisa masuk, selain aku tak ada yang memegang kunci kamarku.
“Mungkin kamu salah dengar” jawabku dengan ragu-ragu. Sambil ku coba tuk membuka pintu tersebut.
Ada apa ini, apa yang terjadi di dalam kamarku? Sepertinya ada seseorang yang telah masuk dan mencari sesuatu. Tapi apa? Tak ada barang berharga sama sekali di kamar ini. Lagian pencuri mana yang sempat mampir di kamar yang kosong ini, tak ada sama sekali sesuatu yang pantas dicurinya. Kembali ku periksa sudut demi sudut di kamarku, tapi tak satu pun barang milikku yang hilang. Anehnya selain barang-barangku yang berantakan, dan kertas-kertas berterbangan aku melihat sesuatu yang aneh di dekat tempat tidurku. Karena takut temanku lebih memilih untuk kembali ke kamarnya.
Kucoba mencari tau benda apa itu, barangkali saja barang tersebut bisa memberiku jawaban mengenai apa yang baru saja terjadi di dalam kamarku. Kulihat benda itu semacam buku tebal yang terbungkus rapat dengan kain hitam. Kucoba membukanya, sebagian besar dari buku itu sudah lapuk dan usang namun isinya dapat dibaca dengan jelas. “BOOK PRINCE WITHOUT WING” Sejenak aku tertawa, ternyata masih ada buku seperti ini.
Kuletakan buku tersebut di atas meja belajarku dan merapikan kamarku, ku punguti semua barangku yang bertebaran di lantai dan mencoba menyusunnya lagi seperti sediakala. Lalu angin bertiup kencang membanting pintu kamarku membuat dedaunan berhamburan di setiap sudut kamarku, kencang sangat kencang, tiba-tiba terlihat olehku buku yang melayang walaupun samar tapi aku dapat memastikan kalau buku itu adalah buku yang baru saja aku temukan. ketika buku tersebut jatuh ke lantai angin pun berhenti bertiup. Seakan dalam film-film action.
“Oh tuhan.. apa sebenarnya yang terjadi di kamarku?” ku coba mendekati buku itu dan membaca tepat pada lembaran yang terbuka karena angin
“bagi siapapun yang menemukan atau membuka buku ini yakinlah bahwa kalian adalah orang yang terpilih dan mendapat keberuntungan apalagi dalam masalah cinta kalian, karena cerita di dalam buku ini menuntun anda untuk menemukan cinta sejati namun harus mengorbankan cinta yang anda miliki.”
Keringatku menyucur deras, takut, Senang, kaget. Dan aku terbangun, kulihat sekelilingku tak ada yang terjadi. Kamarku tak berantakan, pintuku tertutup rapat, tak ada angin, tak ada hujan.
“Astaga, ternyata aku mimpi. Apa maksud dari mimpi itu?”
Ku bangun dan berlari meninggalkan tempat tidurku menuju kamar mandi, ku berkata pada diriku sendiri “Apa benar itu mimpi? Tapi kenapa harus terulang selama tiga malam, dan mimpi itu terasa benar-banar nyata! Astagaaa… kenapa harus jadi begini, semoga saja ini bukan pertanda buruk.”
Di sekolah ku ceritakan semua mimpi itu pada teman-temanku tapi mereka hanya menertawaiku, jujur aku malu menceritakannya tapi aku butuh nasehat dari mereka hanya saja mereka tak percaya dengan ceritaku kecuali Alice, hanya dia yang tidak menertawakanku.
“Kenapa kamu tidak tertawa seperti mereka?” tanyaku sinis.
“Aku percaya dengan mimpimu, tapi masa ia mimpi itu terulang selama tiga malam ini?” tanya Alice penasaran, mungkin menurut dia tak ada mimpi semacam itu dan aneh.
Kembaliku menjawab “sungguh, aku pun heran kupikir itu hanyalah mimpi biasa, namun terasa nyata.”
“Sepertinya sesuatu akan terjadi” jawabnya singkat
“Maksudmu mimpi itu akan jadi kenyataan?, ohh.. astaga ku harap dugaanmu salah.”
Di luar terdengar langkah kaki dan teriakan teman-teman dari kelas lain. Seolah-olah sedang terjadi sesuatu yang menghebohkan. Aku dan alice penasaran dan mencoba untuk bertanya pada adik kelas kami
“Ada apa? Kenapa kalian berlarian seperti ini?” tanya alice.
“E.ee.e anu kak’, ee anu.. itu di bawah ada cowok kereeen banget!” kata anak tersebut dengan tersendat-sendat karena capek berlari. Aku penasaran dan memutuskan untuk turun.
“Aya, dimana kamu? Turunlah aku datang menjemputmu pulang.” Kata orang tersebut dengan lantang serta hanya menggunakan trening saja tanpa baju melekat di tubuhnya. Hal itu juga yang membuat anak-anak lainnya menjadi histeris apalagi cowok tersebut sangat keren. Semakin cowok itu berteriak, semakin banyak pula cewek-cewek yang mengerubuninya.
“Andialya, Aku sudah lama menunggumu, jadi jangan buat aku menunggu lagi!” teriaknya lagi.
Seseorang menarikku keluar “aya, dia menyebut-nyebut namamu?”
“Apa katamu?, mana mungkin”
“Dia menyebut nama panjangmu, ANDIALYA.”
Aku heran dan menuju kekerumunan cewek-cewek tersebut dan berusaha mencapai titik paling depan.
Terlihat olehku cowok yang memang terlihat keren, dia seakan bingung harus memilih siapa yang akan menjadi mangsanya, tiba-tiba matanya tertuju padaku, menarik tanganku dengan lembut ke arahnya. Semua mata tertuju pada kami. Tanpa berkata-kata lagi cowok itu membawaku pergi.
Ternyata dia membawaku ke daerah dekat kosanku.
“Maaf, kamu siapa? Kenapa tiba-tiba membawaku pergi seperti ini?”
“Namaku prince, aku tau kamu aya. Dan kamu yang telah melepaskan aku dari kutukan buku itu, tapi kutukannya masih belum hilang seluruhnya. Aku rasa kamu bisa menghilangkannya.”
Aku hanya berfikir cowok ini sudah gila, kenapa di zaman modern seperti sekarang ini masih ada yang namanya KUTUKAN, tapi sayang juga kalau cowok sekeren dia jadi gila.
“Kenapa diam saja?, aku tau kamu kaget tapi tolong bantu aku waktuku hanya malam ini saja, karena kalau tidak kita tidak akan bersama.” Kali ini berhenti di suatu tempat dan menatapku dengan tajam, sungguh hatiku tak kuasa, dia begitu keren. Membuat jantungku berdegup kencang.
“Maksud kamu apa? Aku betul-betul tak mengerti dengan apa yang kamu bicarakan!”
“Oke, beberapa hari yang lalu kamu membaca buku dan dengan itu kamu telah membuat aku bebas dari kutukanku.”
“Tunggu, maksud kamu mimpi itu?” tanyaku penasaran.
“Bisa di bilang begitu kamu hanya harus berada di sampingku di saat-saat masa kritisku.” jawabnya
Malam harinya ia hanya berada di kamarku saja, tak mau makan, tak mau minum. Yang ia kerjakan hanyalah duduk di sofa sambil memandangiku, jujur ingin rasanya ku memarahinya tak pantas baginya menatap seorang gadis seperti itu. Anehnya lagi dia hanya tersenyum saja,
“Ada apa? Apa ada yang salah? Aku bingung jangan-jangan dia benar-banar sudah gila.” Kataku dalam hati.
“Tenang saja aku tidak akan berbuat sesuatu yang tak wajar padamu, tapi tolong jangan sebut aku gila.”
Astagaaa.. dia bisa baca pikiranku?.
Pukul 23.59 wita. Malam itu terlalu dingin, tapi cowok itu belum juga tidur, dia masih saja duduk sambil menatapku. Dari pada salah tingkah aku memilih untuk tidur. Belum sempat aku memejamkan mataku tiba-tiba cowok itu berteriak seakan sesuatu sedang menggerogoti tubuhnya. Seketika angin berhembus kencang mirip pada mimpiku, bedanya saat ini aku sedang bersama cowok yang mengaku berasal dari buku yang ada di mimpiku.
Mungkin karena kesakitan dia pun terjatuh dari sofa, aku mencoba untuk menghampirinya mencoba untuk menolongnya, ku raih tangannya dan memegangnya erat begitupun sebaliknya.
“Heii.. ada apa ini? Kenapa kamu jadi begini.. tolong jangan teriak, aku takut!”
Dia terus saja berteriak, tiba-tiba sepasang sayap muncul dari punggungnya, genggaman tangannya semakin erat. Kali ini dia benar-benar kesakitan.
“Prince, tolong katakan sesuatu padaku. Jangan diam saja” aku hanya bisa menangis karena takut, bukan!! Bukan karena takut, bukan juga kerena kasihan, tapi air mata ini terasa benar-benar jatuh dengan sendirinya. kali ini dia diam, tak ada lagi jeritannya, genggamannyapun melonggar.
“Ayaa.. maaf, aku gagal melawan kekuatan ini. Maaf karena Aku.. akuu.. tak bisa menemanimu, maaf bila aku mengganggumu”
“Tidak, kamu tak boleh berkata seperti itu, walaupun aku tak tau apa yang terjadi tapi aku yakin kamu bisa bertahan.” tangisku semakin menjadi-jadi seolah-olah aku takut kehilangannya.
“Tidak aya, mungkin ini sudah takdirku. Mungkin juga takdir kita untuk disatukan bukan di dunia ini namun di dunia lain.”
“Ayolah Prince, aku yakin kamu bisa. Jangan pergi begitu saja kali ini aku yakin kita memang ditakdirkan bersama.”
“Maafkan aku Aya”
Aku tak kuasa menahan air mataku, dia benar-benar pergi. Aku tak tahu harus berbuat apa selain menggenggam tangannya dan menangis.
“Prince, aku tak mengerti dengan diriku. Padahal baru kali ini kita bertemu tapi kenapa ketika kamu pergi hati ini benar-benar sakit? Kembali Prince, kembalilah..”
Tiba-tiba dia melayang, sayapnya hilang begitupun dirinya. Lenyap begitu saja.
Aku dibangunkan oleh cahaya yang mengintip di cela-cela jendela kamarku, kubuka mataku dan mencoba bangkit dari lantai. Ku berpikir kali ini ku bermimpi lagi, namun tiba-tiba sehelai bulu putih yang putih dan bersih jatuh di atas pundakku, ku mengambilnya dan berkata “ku pikir ini nyata” kenyataan yang menyayat hati.
Di sekolah ku coba untuk menenangkan diriku, berpikir jernih dan mencoba untuk melupakan kejadian semalam dan menganggapnya sebagai mimpi seperti malam-malam yang telah lalu.
Ku pergi ke taman belakang sekolah, karena hanya tempat itu yang sering kudatangi ketika ada masalah.
“Ayaa, kamu di mana?” terdengar seseorang sedang memanggil namaku.
Suara itu, aku kenal suara itu. Itu suara Prince. Ku mencari dari mana asal suara itu dan ternyata bukan, Alice memanggilku karena jam istirahat sebentar lagi usai.
“Ayaa, jangan pergi!” kali ini sura Prince terdengar lagi, aku pikir itu hanya hayalanku saja. Dan ku tetap melangkah ke depan.
“Ayaa, tolong jangan tinggalkan aku. Aku kembali untukmu?”
Aku menoleh, dan kali ini betul itu Prince. Ku berlari ke arahnya.
“Maaf, aku terlambat menjemputmu? Setalah urusanku selesai aku langsung berlari kesini karena sayapku telah tiada”
“Ini sungguh kamu?, aku pikir tadi malam kamu..” dia menyuruhku diam dan aku menurut
“Aku kembali karena ketulusanmu. Menemani aku sampai akhir, dan inilah hasilnya. Aku disini untuk menemanimu.”
Aku hanya tersenyum, iapun memeluk erat tubuhku. Sungguh hangat dan erat.
SELESAI
Cerpen Karangan: A. Nurjannah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar