Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Cerpen - Sekotak Roti Untuk Marsya


Marsya datang lebih pagi, begitupun revan yang selalu mengendarai sepeda motornya sengan kecepatan kilat. Belum lama marsya masuk ke dalam kelas, revan sudah datang.
“selamat pagi marsya, ini. Maaf telat”
Revan berlari kecil menuju tempat duduk marsya dan mengambil sekotak roti dari tasnya.
“selama pagi revan, tidak masalah, aku juga baru datang. Terimakasih ya”
Marsya tersenyum manis seraya membuka kotak makan itu.
Revan sahabat dekatnya memang selalu membawakan marsya roti untuk sarapannya. Maklumlah marsya anak kost jadi tidak sempat membuat sarapan sendiri. Walaupun marsya tidak pernah meminta tapi revan mengerti dan selalu membawakan sekotak roti, setiap hari.
Kring, kring. Bel istirahat berbunyi, karena marsya dan revan satu kelas jadi mereka dapat lebih mudah menghabiskan waktu istirahat bersama. Seperti ke kantin atau sekedar duduk di teras kelas.
“van, aku punya puisi baru. Boleh dibaca tapi setelahnya bantu aku mencari judul yang pas untuk puisi ini ya? Marsya memberi selembar kertas kepada revan. Ini bukan kali pertamanya marsya meminta saran kepada revan, kecintaannya pada dunia menulis memang selalu melibatkan revan.
Mata kita saling bertemu
Tapi bibir kita juga kelu
Entahlah
Ketakutanku mengalahkan keinginanku
Revan membuka mulutnya pelan, satu bait puisi marsya menghantam warasnya. Matanya memandang kertas puisi marsya, tapi pandangannya seperti berkeliaran.
“van, kok malah ngelamun?”
Marsya melekukan alis, alis indah, alis yang membuat matanya lebih hidup.
“dari mana inspirasinya?”
“sekitar, banyak orang yang mempunyai perasaan, tapi sulit menyatakan”
Jawaban marsya seolah mencekik leher revan.
“cinta tak terungkap”
Mata revan terpejam, mencerna getaran dari makna kalimatnya barusan.
Bel selesai istirahat berbunyi, kegiatan belajar kembali tenang.
Dalam kesunyian kelas, sebenarnya ada yang diam-diam memaki, revan, ia memaki dirinya sendiri. Menyesali mengapa ia tak pernah berani menyatakan perasaannya, perasaan yang sudah ada sejak lama. Perasaan yang ia punya, untuk seseorang, perasannya kepada marsya.
Marsya yang dibawa-bawa revan dalam imajinasinya, belum juga menyadari. Marsya tidak sadar kalau revan sahabatnya mencintainya diam-diam. Revan, seseoarang yang tak pernah lupa membawakannya sekotak roti, sekotak roti unruk marsya.
Cerpen Karangan: Atikah Windy

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar