Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Cerpen - From Sahabat Be Love


Nama gue Liliana Septi Anugrah pratama. Gue biasa dipanggil Lili. Gue memang bukan cewek yang sempurna. Inget, di dunia ini nggak ada manusia yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah. Gua terkenal sebagai cewek tomboy yang maniak basket. And you know? Bagi gue basket is my soulmate. Ada saat suka maupun duka.
Dah deh kenalannya. Sekarang ngomongin cinta (ceile… cinta). Jangan salah loh cewek tomboy juga punya cinta.
Ya, dialah Andika Widi Gusmawan, biasa di panggil Widi. Cowok pendiem, ganteng, manis and super duper keren. Dialah cowok yang bener-bener bisa buat gue jatuh cinta. Walaupun dia bukan yang pertama tapi I hope dia yang terakhir. Amin.
Gue kenal Widi dari awal gue masuk SMA. Kita sekolah di tempat yang sama bahkan di kelas yang sama. Awalnya kita nggak pernah saling nyapa. Bahkan, di hari pertama kita masuk kelas, kita berebutan bangku. Haduh, kesan pertama kok gini amat sih.
Hingga akhirnya gue sebagai cewek tomboy yang punya jiwa friendly ngeberaniin diri buat ngobrol dan minta nomor hapenya. Trereng, Waca. Nomor hape dia sudah ada di tangan. Cowok mana sih yang berani nggak ngasih nomor hape sama cewek manis and imut seantero bumi dan mars. (Hahaha, lebay, narsis, GR and kePDan jadi satu)
Awalnya kikuk sih, paling-paling sms cuman nanya lagi apa, dah makan belum dan beribu kalimat-kalimat nggak jelas yang sudah pasti ketahuan cuman basa-basi doank. Hehehe.
Ya, hubungan kita flat dan monotone. Ya iyalah secara gue saat itu belum punya perasaan sama dia. Belum fallin love gitu. Saat itu gue juga punya cowok sebenarnya tapi gue jarang sms an atau pun telepon. Cowok gue ini tipe cowok yang basi abis. Susah diajak bercanda tapi bukan kutu buku atau bintang kelas gitu. Pokoknya basi deh.
Suatu hari, gue sms Widi dan yang bales ceweknya. Waduh, gawat ini ntar difikir gue cewek perusak rumah tangga orang. Eits salah, maksud gue perusak hubungan orang lain. Gue jadi males deh sms dia.
Hari-hari gue terasa garing tanpa sms dari dia. Setelah hampir seminggu kita nggak sms an tiba-tiba dia sms.
“Hay Friend.”, tertera kalimat itu di layar hapeku.
“Waduh, tumben nih anak sms.”, batin gue.
“Hay juga. Tumben sms nggak takut dimarahin mbak pacar nih. Hahaha.”, balasku.
“Nggak boleh iya sms? Dah the end.”, jawabnya.
“Boleh. Hapeku terbuka untuk siapa aja yang lagi buang gratisan. Dah berapa episode kok dah the end sih? Haha”
“Hahaha, males pacaran sama anak kecil dikit-dikit ngambek. Mending ngejomblo. BEBAS gitu.”
Beberapa hari kemudian gue denger dia deket sama kakak kelas gue. Waduh playboy juga nih anak. Tapi dia malah makin sering sms gue setelah punya pacar baru. Ya sharing-sharing gitu lah. Makin ke sininya kita jadi akrab banget.
Kita di kelas sudah kaya tikus dan kucing. Kocak and gokil abis. Tiap hari berantem dan tau nggak kata temen gue dimana ada gue di situ ada Widi. Emang iya? Nggak juga kali.
Pokoknya kelas gue nggak pernah sepi dari kegokilan kita. Saking akrabnya gue jadi ngrasa nyaman dan mulai fallin love sama dia.
Tapi gue sadar dia cuman nganggap gue sebagai sahabat, nggak lebih. Dia pun masih punya cewek dan ceweknya itu kakak kelas gue dan sahabat gue juga.
Pagi ini dia cerita dia putus sama kakak kelas gue. Dalam hati sebenarya gue seneng banget. Hari ini dia datang ke sekolah dengan muka kusut. Kaya benang aja kusut. Tapi saat jam pelajaran gue nggak lihat dia ada di kelas. Dia bolos. Hellow, masih jaman iya galau karena putus cinta.
Beberapa hari kemudian gue denger dia deket sama temen seangkatan gue tapi beda kelas, Puspa. Hati gue rasanya remuk kaya dilindas truk kontainer full fill. Gue berusaha nutupin perasaan hati ini. Gua dukung dia sama Puspa.
“Hay Sob. Denger-denger Lu deket ma Puspa. Tembak aja Bro, keburu disamber orang loh.”, tantangku.
“Nggaklah Li, Gue cuman temenan sama dia. Gue masih sayang sam mantan gue.”, jawabnya lemah.
“Siapa Sob? Yani kakak kelas kita itu?”
“Bukanlah, Tiara. Lu belum kenal dia kok. Udahlah gue pusing, nggak usah bahas-bahas cewek lagi deh. Capek gue.”
“Oke.”, jawabku singkat seraya ninggalin dia pergi.
Di luar kelas gue melamun. Rasanya hati ini hancur banget denger pernyataan Widi tadi. Tapi gue bertekad buat nutupin rapat-rapat perasaan ini padanya.
Pepatah serapat-rapatnya kamu menyimpan bangkai pasti akhirnya akan kecium juga baunya, mungkin benar. Sepandai-pandainya gue nutupin perasaan hati ini akhirnya Widi pasti tau.
“Sorry Sob, kita sahabatan aja ya. Gue lagi banyak masalah and lagi pengen sendiri.”, katanya padaku.
Sebenarnya saat itu ingin rasanya air mataku mengalir tapi ku tahan. Aku tak ingin terlihat lemah di hadapannya. Hati ini hancur berkeping-keping. Memang tak ada yang berubah pada diri kita, kita tetap bersahabat tapi rasa ingin memilikinya seakan membuat diri ini ingin menangis saat di dekatnya. Rasa sayang sebagai seorang sahabat kini telah berubah. Aku sangat mengharapkannya, biarlah semua kan indah pada waktunya.
Cerpen Karangan: Andik Widianto

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar