Menelusuri Sejarah Munculnya Ilmu Tajwid- Kapan Ilmu Tajwid Mulai Ada ? Pertanyaan inilah yang akan menjadi topik pembahasan kita kali ini. Kumpulan Sejarahakan mengulas dan menelusuri hal yang terkait dengan sejarah munculnya ilmu tajwid yang dirangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya. Untuk itu mari simak informasi selengkapnya dibawah ini.
Jika ditanyakan kapan asal mula ilmu Tajwid, maka pada dasarnya ilmu tajwid ini sudah ada sejak Al-Quran diturunkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Ini karena Rasulullah SAW sendiri diperintahkan untuk membaca al-Quran dengan tajwid dan tartil seperti yang disebut dalam
وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا
“Bacalah al-Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan)”. (QS. Al-Muzammil 73 : 4)
Kemudian Rasulullah SAW mengajar ayat-ayat tersebut kepada para sahabat dengan bacaan yang tartil. Para sahabat menguasai semua itu seperti yang telah di ajarkan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Diantaranya seperti Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit dan lain sebagainya.
Semua ini menunjukkan bahwa pembacaan al-Quran bukanlah suatu ilmu hasil dari ijtihad (fatwa) para ulama yang di olah berdasarkan dalil-dalil dari al-Quran dan Sunnah, tetapi pembacaan al-Quran adalah suatu yang taufiqi (diambil terus) melalui riwayat dari sumbernya yang asal yaitu sebutan dan bacaan Rasulullah SAW.
Akan tetapi bagaimanapun, yang dianggap sebagai penulisan ilmu tajwid yang paling awal adalah ketika adanya kesadaran akan perlunya mushaf Utsmaniah yang ditulis oleh Sayyidina Utsman diberikan titik-titik pada huruf-hurufnya, kemudian baris-baris bagi setiap huruf dan pelafalannya. Gerakan ini diketuai oleh Abu Aswad Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi, dimana ketika itu Khalifah umat Islam memiliki tugas besar untuk hal ini disaat umat Islam mulai ada yang melakukan kekeliruan didalam bacaan.
Itu karena ketika masa Sayyidina Ustman, belum diberi titik-titik maupun harakat, sebab bertujuan memberi keleluasaan kepada para sahabat dan tabi’in pada masa itu untuk membacanya sebagaimana yang mereka telah ambil dari Rasulullah SAW, berdasarkan dengan dialek bangsa Arab yang beraneka ragam.
Tetapi setelah berkembang luasnya agama Islam ke seluruh tanah Arab serta takluknya Roma dan Persia ke tangan umat Islam pada tahun pertama dan kedua Hijrah, bahasa Arab mulai bercampur dengan bahasa penduduk-penduduk yang ditaklukkan umat Islam. Ini telah menyebabkan terjadinya beberapa kekeliruan didalam penggunaan bahasa Arab dan demikian juga dengan pembacaan al-Quran. Maka, al-Quran Mushaf Utsmaniah diberi tambahan titik-titik dan harakat pada huruf-hurufnya untuk menghidari kekeliruan-kekeliruan tersebut.
Awal Mula Pembukuan Ilmu Tajwid
Orang yang pertama kali menghimpun ilmu ini dalam bentuk kitab adalah Al-Imam al-‘Adhim Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam pada abad ke-3 Hijriyah didalam kitabnya “Kitabul Qiraa-at/ كتاب القراءات”. Sebagian ada yang mengatakan bahwa orang yang pertama mengarang dan menghimpun ilmu-ilmu qira-at adalah Hafsh bin Umar Ad-Duriy.
Adapun pada abad ke-4 Hijriyah, masyhur seorang imam bernama Al-Hafidz Abu Bakar bin Mujahid Al-Baghdadiy, ia merupakan orang yang pertama kali mengarang kitab mengenai bacaan 7 qira’at yang masyhur (Kitab al-Sab’ah). Ia wafat pada tahun 324 H.
Memasuki abad ke-5 Hijriyah, masyhur nama Al-Hafidz Al-Imam Abu ‘Amr Ustman bin Sa’id Ad-Dani, pengarang kitab Al-Taysir (التيسير) yang berisi tentang qira-at Sab’ah dan menjadi sandaran pada ahli Qurra’. Ia juga memiliki banyak karangan dalam bidang seni qiraat dan lainnya. Dimasa ini juga masyhur, seorang ulama bernama Al-Imam Makki bin Abi Thalib Al-Qaisi Al-Qairawani, ia mengarang bermacam-macam kitab tentang qira’at dan ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Pada abad ke-6 Hijriyah, tampil seorang ulama yang menjadi rujukan tokoh-tokoh ulama yang sezaman dengannya maupun datang setelahnya, dengan karangannya bernama “Hirzul Amani wa Wajhut Tahani” atau terkenal dengan “Matan Syathibiyah”, berisi 1173 bait tentang qira-at sab’ah. Ia adalah Abul Qasim bin Fairah bin Khalaf bin Ahmad Ar-Ru’aini Al-Syathibi al-Andalusi, wafat pada tahun 590 H.
Setelah itu, banyak ulama yang menekuni bidang ini disetiap masa, menegakkan panji-panji al-Qur’an baik dengan membaca dan mengaplikasikannya, hingga akhirnya muncul tokoh penting dalam bidang ilmu tajwid dan qira-at yaitu Imamul Muhaqqiqin wa Syaikhul Muqri-iin Muhammad Ibnu Al-Jazari Al-Syafi’I dengan karangannya Al-Nasyr fil Qiraa-atil ‘Asyr, Thayyibatun Nasyr dan Ad-Duratul Mudhiyyah yang mempolopori bahwa ilmu qira-at ada 10, yaitu sebagai pelengkap apa yang telah dinyatakan oleh Imam al-Syathibi didalam kitab Hirzul Amani.
Imam Al-Jazari juga telah mengarang karangan yang berasingan bagi ilmu Tajwid dalam kitabnya “At-Tamhid” dan puisi beliau yang lebih terkenal dengan nama “Matan Al-Jazariah”. Imam Al-Jazari telah mewariskan karangan-karangannya yang begitu banyak berserta bacaannya sekali yang kemudiannya telah menjadi ikutan dan panduan bagi karangan-karangan ilmu Tajwid dan Qiraat serta bacaan al-Quran hingga ke hari ini.
Tujuan Belajar Ilmu Tajwid
Tujuan ilmu tajwid yang paling utama adalah lancarnya seseorang dalam pengucapan lafal Al-Quran dengan ilmu yang telah disampaikan oleh ulama kita dengan memberikan sifat tarqiq (tipis), tebal, mendengung, panjang, serta pendeknya, dan seterusnya. Maka ilmu ini tidak akan bisa diketahui dengan sempurna kecuali harus berguru secara langsung kepada ulama yang ahli dalam ilmu ini
0 komentar:
Posting Komentar